"Mau ikut, curiga?" ucapnya mengejek sambil mengodaku.
"Boleh ikut, besokkan minggu." ucapku berharap
"Senin, selasa libur mengajarnya?" bukannya menjawabku malah balik bertanya membuatku terdiam.
"Lucu aja pas liburku, abang tidak keluar kota." Ucapku pura -- pura merajuk.
"Wa jangan yang aneh -- aneh ya." Ucap Bang Azam sambil menatapku lekat.
Sambil terkekeh aku berjalan masuk rumah menuju kamar kami untuk menyiapkan baju buat Bang Azam.
***
Masih menunggu, sudah lebih dua minggu aku menunggu Elma. Ditemani minuman boba yang lagi trens sekarang ini. Memadang lekat tempat permainan anak sekali -- sekali kepalaku memandang ke kanan dan ke kiri mencari keberadaanya, menghembus napas dalam seperti hari ini aku harus menelan kekecewaan lagi.
Berdiri dari dudukku, melangkahkan kaki beranjak dari tempat ini. Sudah hampir pukul lima sudah lebih satu setengah jam aku duduk menantinya, langkahku terhenti ketika tanpa sengaja melihat sosok Bang Azam lani berjongkok menyetarakan tingginya dengan anak kecil di depannya.
Netraku menyepit, memfokuskan pandangan. Tidak ada salah bukankah Elma, wajah imut yang sedang aku cari keberadaanya. Langkahku mendekati mereka, belum juga sampai aku terkejut dengan wanita yang aku kenal sebagai Mama Elma dengan mesra memanggil Papa kepada Bang Azam. Langkahku terhenti mempehatikan mereka dengan degup jantung yang tiba -- tiba saja menyerangku sehingga aku kesulitan untuk bernapas.
"Bang." Hanya suara pekik kecil tapi bisa membuat Bang Azam mencari keberadaanku.