Akhirnya hari yang tak terhindarkan itu tiba. Seandainya bisa memilih, ingin aku melewatkan seluruh hari ini dengan meringkuk di balik selimut. Melupakan sepenuhnya momen ini.
Terdengar langkah kaki Rio, suamiku, menapaki tangga. Berhenti sejenak di depan pintu sebelum memasuki ruang kamar. Disusul oleh derap kaki putraku, Dimas.
Mulanya ia merayap begitu pelan, tetapi saat kita lengah, ia lantas merengkuhmu dengan kecepatan yang mengejutkan. Hari yang tak pernah kuharapkan kedatangannya ini.
Cetak
Kudengar saklar ruang kamarku dinyalakan. Gelap seketika berganti menyilaukan.
Aku berpura-pura terbangun, meski sesungguhnya terjaga sepanjang malam.
Happy birthday to you...Happy birthday to you...
Happy birthday to... Mommy... Wifie ...
      Happy birthday to you.
Kutatap wajah penuh harap mereka. Binar mata keduanya seakan ingin memantulkan kebahagiaanku.