Mohon tunggu...
Nuraini Mastura
Nuraini Mastura Mohon Tunggu... Freelancer - Ibu rumah tangga

Suka baca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mimpi Terakhir

5 September 2024   10:12 Diperbarui: 5 September 2024   10:15 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hal anehnya, begitu aku kembali ke balai desa, Sita menepuk pundakku dan bertanya. "Kamu kemana aja?" Aku bilang habis mengantarkan seorang anak ke rumahnya. Sita lantas berkata bahwa dia sama sekali tidak melihat ada anak yang kubicarakan. "Aku cuma meleng bentar, kamu udah ilang." Aku kaget mendengarnya. Rupanya dia kembali ke basecamp sendiri karena mengira aku sudah lebih dulu pulang meninggalkannya.

Lebih mengherankan lagi, seorang dari reguku yang tinggal menumpangi rumah kepala desa mengatakan bahwa setahunya di desa itu tidak ada anak tuna netra seperti yang kuceritakan. Warga desa itu memang tidak banyak dan mudah saja bagi kepala desa untuk mengenali seluruh warganya. Seorang bocah tuna netra sebagai warganya tentu tak akan luput dari pengenalan. Tetapi aku yakin aku tidak salah lihat.

Sewaktu projek kami di desa itu berakhir, aku ingin kembali mengecek kejadian yang kuyakini. Aku masih ingat kurang lebih rutenya. Tetapi aku tak menemukan keberadaan gubuk itu sama sekali. Padahal aku yakin sekali telah melewati rute yang sama seperti saat hari berhujan itu. Aku ingat dengan penanda jalannya. Ada dua pohon tinggi yang seperti sedang menari bersama. Dahannya bertautan seakan sedang bergandengan tangan.

Tetapi, rumah gubuk itu tidak ada.

Mungkin memang tidak pernah ada.

Aneh banget.

 

Kututup buku jurnal harianku itu. Melongo sendiri. Tiga bulan telah berlalu sejak peristiwa KKN itu, tetapi aku masih mengingat persis perkataan pemuda di depan pohon itu saat berterima kasih atas bantuanku.

"Hari lahirmu tiga bulan lagi? Maaf aku tidak bisa membalas apa-apa. Hanya sebuah doa tulus yang bisa kupanjatkan."

Perkataan yang sungguh ganjil. Dari mana ia tahu mengenai berita hari kelahiranku? Apakah pemuda itu seorang cenayang? Dan apakah mimpi-mimpi ganjilku menjelang hari ulang tahunku ini sebuah anugerah atau kutukan?

Mungkin waktulah yang akan menjawabnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun