"Kau baik-baik saja, Jamie?" kata Sang Teroris sambil memeluk perempuan itu.
Memandang adegan itu, Sang Detektif berdesah. "Anda tahu, ini yang membuat saya tak habis pikir. Anda adalah seorang yang menempatkan intelektualitas di atas segalanya. Tapi kenapa anda masih ada waktu untuk kegilaan bernama cinta? Apalagi untuk seorang perempuan dungu seperti Jamie Moriarty?"
Sang Teroris memandang tajam pada musuh bebuyutannya itu. "Yang anda sebut kegilaan itu adalah terapi yang efektif untuk mencegah seseorang menjadi benar-benar gila seperti anda."
Sang Detektif menyeringai. "Saya lebih suka gila daripada bodoh seperti anda. Karena itulah saya yang berhasil memancing anda, dan bukan sebaliknya."
Sang Teroris balas memberi senyuman yang dingin. "Anda tidak mengerti. Saya ke sini bukan cuma membebaskan kekasih saya. Pengkhianat seperti anda terlalu berbahaya untuk dibiarkan hidup."
Menyadari apa yang akan segera terjadi, Jamie Moriarty memberi peringatan, "Hati-hati, Sayang. Detektif itu punya ilmu bela diri yang tak kalah hebat denganmu. Dia telah membunuh sepuluh pengawal bersenjata yang menjagaku selama ini - dengan tangan kosong."
Bukannya gentar, Sang Teroris malah jadi penasaran. "Oh ya? Menarik sekali. Apa jurus pamungkas anda? Aikido? Wing-chung? Pencak?"
Sambil memasang kuda-kuda seperti pendekar silat, Sang Detektif menantang, "Kenapa tidak anda cari tahu sendiri, Tuan Holmes?"
Sang Teroris pun bangkit berdiri. Dengan posisi siap tempur yang tak kalah kokoh, dia menjawab, "Dengan senang hati, Detektif Watson!"
(Catatan: di dunia kita, Mikhail Baryshnikov memang seorang penari balet, Joe Biden dan Kamala Harris memang memenangkan pemilu, dan Khabib Nurmagemedov bukan fisikawan tetapi jagoan bela-diri UFC)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H