Ada seorang perempuan di kloset itu. Diikat dan disumpal mulutnya. Dia menatap Baryshnikov dengan mata yang galak. Tapi karena teringat pesan Sang Detektif tadi, Baryshnikov tak bereaksi. Hanya menutup pintu kloset kembali. Dan ikut mendengarkan apa yang terjadi di luar.
Sang Detektif belum mempersilahkan masuk, tapi pintu depan sudah dibuka dari luar. Dan sesosok tubuh jangkung melangkah masuk.
Sang Detektif pun berhadapan dengan Sang Teroris.
"Ah, akhirnya kita bertemu," ujar Sang Detektif. "Boleh percaya boleh tidak, saya sangat menunggu momen ini. Tidak semua orang beruntung bisa bertemu nemesis-nya. Tandingannya. Materi dan anti-materi berinteraksi. Itu peristiwa yang langka."
"Bagi saya kelangkaan seperti itu sesuatu yang harus saya syukuri," sahut Sang Teroris. "Anda tentunya cukup paham ilmu fisika untuk tahu apa yang terjadi jika materi berinteraksi dengan anti-materi."
Sang Detektif tersenyum lebar. "Aha, itu karena anda melihatnya dari sudut pandang yang berbeda dengan saya."
"Dan itu perbedaan yang saya harus syukuri juga," sahut Sang Teroris dengan senyum sinis.
Sang Detektif mengangguk-angguk penuh semangat. "Kalau itu sepertinya saya setuju. Tanpa adanya perbedaan itu, saya rasa anda tidak akan datang ke sini."
Sang Teroris mempertahankan senyumnya. Tapi sikapnya sangat waspada. Matanya tajam menatap sekeliling ruangan.
Lalu Sang Teroris berkata, "Harus saya akui, logika anda memang sangat baik sekali. Sepertinya omongan orang tentang kehebatan anda sebagai detektif itu tidak berlebihan. Tapi omong-omong, saya perlu memberi tahu bahwa sirkulasi udara di kloset itu tidak cukup bagus untuk bernafas dua orang."
Ucapan itu tentu saja membuat Jenderal Baryshnikov yang menguping pembicaraan menjadi terkejut untuk kedua kalinya.