Tejo menggaruk-garuk kepala. "Ini namanya selamat atau malah terjebak?"
"Pertanyaan bagus," kata Lukman singkat.
Tejo nampak bangga.
Merasa bebas ancaman untuk sementara, Dyah memperhatikan ruangan itu sekali lagi. Satu pikiran mendadak muncul di kepalanya.
"Dulu aku punya teman Belanda. Kutu buku. Aku pernah meminjam satu bukunya. Buku cerita. Tentang makhluk dari Mars yang menghancurkan kota London."
Aryo menatapnya. "Kau mau bilang ini sebuah pesawat yang berasal dari planet lain?"
Dyah mengangkat bahu.
"Hebat," dengus Lukman. "Kita punya penjajah dari bangsa lain, pengkhianat dari bangsa sendiri, dan sekarang tambah penghancur dari planet lain!"
"Omong kosong," tukas Tedjo. "Ini pasti ulah setan. Yang suka bikin mayat hidup kan setan. Kayak pocong dan kuntilanak itu lho."
Lukman terkekeh mengejek, "Lalu kenapa setan itu tidak membikin kita sekalian jadi mayat hidup?"
"Lha kita kan belum mati," sahut Tedjo dengan polosnya.