"Sesuatu yang tidak masuk akal," sahut Aryo.
Dyah menengok sekeliling, dan terkaget-kaget. Hutan tempat mereka bersembunyi sudah rata dengan tanah. Seluruh pohon yang ada tumbang seperti diterjang badai.
Dan di kejauhan nampak asap bercahaya kehijauan membumbung ke langit malam.
Aryo mengambil keputusan. "Kita harus memeriksanya."
Keempat gerilyawan itu pun bergerak keluar hutan. Melintasi bangkai pepohonan yang tumpang tindih. Mendekati sumber asap yang bercahaya aneh tersebut.
Apa yang mereka lihat di sana betul-betul mencengangkan.
Ratusan serdadu Belanda yang mengejar mereka bergeletakan di tanah. Tewas. Semuanya dalam kondisi terbakar hangus. Dan kengerian itu belum semuanya.
Sebuah kawah raksasa membentang tak jauh dari posisi mayat-mayat itu. Dari sanalah asap dan cahaya kehijauan itu berasal. Saat keempat gerilyawan mendekatinya, mereka bisa melihat ada sesuatu di balik asap tersebut.
Sepertinya sejenis pesawat terbang. Tapi disainnya sangat aneh. Berbentuk seperti kerang raksasa. Lebih terlihat organik daripada mekanik. Ada semacam pintu di bagian bawah. Dekat permukaan tanah.
Dan pintu itu terbuka.
"Aku tidak pernah melihat kapal terbang seperti ini," ujar Tedjo.