Kebahagiaan masih lama. Begitu pula cinta.
Aku berbalik dan menjauh ditemani sebotol senja dalam tas ransel. Berat. Langkahku melambat, lalu terhenti.
Tanpa menoleh, aku bertanya padamu, "Apa yang akan kamu lakukan setelah ini?"
"Apa pun yang kamu inginkan."
"Bagaimana dengan keinginanmu?"
"Sudah tak penting lagi."
Angin laut membisikkan kabar tentang kegetiran yang tak mau aku dengar.
Jari-jariku gemetar, menginginkan waktu membeku diam menyisakan lautan menggelegak sendirian. Menenggelamkan resah-resah yang tumpah ruah di tanah dan di awan.
Kita akan menikah sepuluh hari lagi, namun kaki kita malah semakin terseok dari hari ke hari. Sukarela menuju tiang gantungan. Martir hati.
"Apakah senja ini akan menyelamatkan kita?"
Kamu tidak menjawab pertanyaanku. Aku tahu, kamu memilih segera hilang. Hanyut dan tenggelam. Lebih baik, aku juga bergegas pergi menuju tepi galaksi.