"Siapa yang datang?"
"Desol, ratu kematian."
"Hah?" Aku terperangah menatap sosok yang menjadi sebab para perempuan tertunduk takzim. "Nyonya?!"
"En, kamu datang. Kenapa tidak izin pada saya?"
Aku gelagapan. Nyonya tampak anggun dalam balutan gaun merah menyala. Muram di wajahnya sirna. Hanya ada senyuman, dan tatapan tajam.
"Sudahlah, tidak perlu takut. Nikmati saja hidangannya."
Aku menurut. Nyonya? Desol? Ratu kematian?
Daripada pusing, aku makan saja dulu. Rawon, sate maranggi, rendang. Wow, ini surga! Xixixi.
Kenyang. Aku mulai mereguk kesadaran, mengamati sekeliling. Wajah-wajah yang penuh kebahagiaan dan kepuasan yang ganjil. Beberapa perempuan tertawa setiap kali menggigit bistiknya, berlinangan air mata.
Apa yang dilakukan para perempuan ini di tengah kuburan? Apa yang mereka rayakan?
"En, terima kasih telah hadir dalam perayaan kami yang kelima. Kali ini, perhelatan untuk merayakan kebebasan saya dan Elfat."