"Perayaan apa, Nyonya?"
"Berbagi suami," Elfat menyahut. "Kami, para perempuan yang butuh katarsis karena suaminya main gila, menikah diam-diam, dan beragam dinamika lain yang akan sulit kamu bayangkan."
Aku takjub. "Bukankah Tuan hanya mencintai Nyonya?"
"Ya, dan kamu juga."
"Hah?"
"Tidak perlu kaget, En. Tuan berkata ingin mempersunting kamu. Dia mengaku pada saya seminggu lalu."
Aku diam, tidak tahu harus berkata apa.
"Dan kini saya lega, saya telah rela berbagi suami dengan kamu."
Aku menggeleng. "Tidak, Nyonya. Saya tidak mau menikahi Tuan. Saya janji akan menjaga jarak sepulang Tuan dari Jerman. Saya janji tidak akan membuat Nyonya sakit hati. Saya bukan pelakor, Nyonya. Sumpah!"
Elfat, Nyonya, dan beberapa perempuan yang mencuri dengar terbahak-bahak. "En! Tuan tidak pergi ke Jerman!" Nyonya berkata sambil mengusap air mata. Entah karena sedih, atau karena tertawa.
"Hah?"