Beruntung, sarapan pagi ini tidak buruk. Yovan koki terbaik yang pernah dimiliki pecinta alam kampusku. Tapi, aku seperti sedang mengunyah karet. Peristiwa semalam menonaktifkan sensor lidahku. Menurunkan fungsi-fungsi organ dan syaraf secara simultan.
"Van, tinggal dua pos kan? Saya pergi dulu ya. Sampai ketemu di pos terakhir."
"Mau kemana, Ren?"
"Kemana saja angin membawa."
"Gila. Serius lah."
"Sudah jelas kan? Orang tadi malam pasti Om Jay atau Ayah."
"Yakin? Kalau beruang bagaimana?"
"Haish! Mana ada beruang sekurus itu. Lari pakai dua kaki pula."
"Kalau siluman?"
Aku berdecak gusar. "Sudah ah. Mau siluman, setan, atau kasuari, asalkan bisa jadi petunjuk, bakal tetap saya kejar."
Sebelum Yovan sempat membalas, aku bergegas lenyap dari hadapannya. Menuju kediaman makhluk halimun semalam.