Ada. Tiga meter dari batang pohon tadi, terukir lambang Om Jay pada batu keabuan berselubung lumut, berbentuk mirip kerucut. Aku yakin ini penunjuk jalan untuk mencapai tempat tinggalnya. Gua, ruang bawah tanah, atau apapun itu.
Sebatang kapur sudah lenyap dari genggaman. Dua huruf itu kini lebih penting daripada jalan pulang. Aku senang, namun ketakutan. Aku bahkan lupa menghitung jumlah lambang yang telah kutemukan.
Serbuan kata tanya menghantui. Mana lagi tandanya? Menuju kemana? Sejauh apa? Apa dan siapa yang akan kutemui?Â
Om Jay, Ayah, keduanya, atau bukan keduanya?
.... bersambung.
***
Cerita ini merupakan fragmen kesepuluh dalam omnibus Tenggelam di Langit. Bacalah cerita sebelumnya untuk memahami semesta mereka dengan lebih utuh.