Mohon tunggu...
N. Setia Pertiwi
N. Setia Pertiwi Mohon Tunggu... Seniman - Avonturir

Gelandangan virtual

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Lembah Halimun #10

24 September 2018   18:07 Diperbarui: 25 September 2018   06:42 559
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada. Tiga meter dari batang pohon tadi, terukir lambang Om Jay pada batu keabuan berselubung lumut, berbentuk mirip kerucut. Aku yakin ini penunjuk jalan untuk mencapai tempat tinggalnya. Gua, ruang bawah tanah, atau apapun itu.

Sebatang kapur sudah lenyap dari genggaman. Dua huruf itu kini lebih penting daripada jalan pulang. Aku senang, namun ketakutan. Aku bahkan lupa menghitung jumlah lambang yang telah kutemukan.

Serbuan kata tanya menghantui. Mana lagi tandanya? Menuju kemana? Sejauh apa? Apa dan siapa yang akan kutemui? 

Om Jay, Ayah, keduanya, atau bukan keduanya?

.... bersambung.

***

Cerita ini merupakan fragmen kesepuluh dalam omnibus Tenggelam di Langit. Bacalah cerita sebelumnya untuk memahami semesta mereka dengan lebih utuh.

Fragmen 1. Eksoskeleton 

Fragmen 2. Elegi Jasad Renik

Fragmen 3. Metazoa (1)

Fragmen 3. Metazoa (2)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun