Dua hari berselang, siang ini baginda raja telah menerima sepucuk surat yang dikirim oleh seekor merpati putih. Surat itu berisi informasi dari seorang kepala prajurit di wilayah perbatasan. Beliau mengatakan bahwa saat ini pasukan dari negara musuh sudah mulai mendekat dan berusaha memasuki wilayah perbatasan.
Tentu saja tujuan kedatangan pasukan itu adalah untuk menguasai wilayah perbatasan. Dan hendak memilikinya secara utuh. Guna memperluas wilayah mereka sebelumnya.
Ditambah lagi, hasil bumi yang berada di wilayah perbatasan begitu menggiurkan bagi negara lain. Sehingga tidak heran jika negara musuh begitu ingin merebut wilayah perbatasan.
Mendengar kabar tersebut, baginda raja pun mengumpulkan seluruh jajarannya di kantor pemerintahan guna melakukan rapat tertutup. Dan setelah berdiskusi selama kurang lebih enam puluh menit, baginda raja telah mengambil keputusan untuk mengirim seluruh pemuda di kota itu. Yaitu mereka yang pernah mengikuti pelatihan wajib menghadapi peperangan.
Di waktu yang sama saat ini, Nivea sedang melayani pesanan Martha yang berkunjung ke toko rotinya bersama Daniel. Sejoli itu tampak serasi dengan pakaian santai yang berwarna senada. Keduanya dipersilahkan untuk memilih mejanya sendiri.
"Kau tahu, Daniel? Kakak ku dan nona Nivea telah mendapatkan persetujuan dari kedua belah pihak keluarga." seraya mulai memotong sebuah roti miliknya.
"Benarkah itu? Wah, aku ikut senang mendengar hal itu, Martha!"
"Tentu! Aku juga mengharapkan hal yang sama pada hubungan kita."
"Kau tidak perlu khawatir, Martha! Apakah... mereka berencana menggelar pernikahan dalam waktu dekat?"
Martha menaikkan kedua bahunya, "Entahlah! Kita tunggu saja, Daniel!"
"Bagaimana jika, kau mendahului Matias? Apakah boleh?"