“Nggak usah takut, ayo ikut aku ke restaurant itu lo” Tangan Rendy menunjuk Restauran yang tak jauh dari pantai, akhirnya aku pun mengikutinya, aku penasaran ternyata bukan sebuah restaurant yang kami datangi namun sebuah hotel yang berada di sebelah Restauran itu, dengan berpura-pura sakit perut aku pamit ke toilet, namun bukan toilet yang aku tuju tapi lari ke pelabuhan, aku pun bergegas meninggalkannya, tetapi sepertinya dia sudah tahu bahwa aku akan lari, dari kejauhan kulihat dia mengikutiku, aku berlari kecil menuju pelabuhan, ia masih mengikutiku hingga aku naik kapal pun dia juga masih mengikutiku sampai Wan Cai. Nafasku tersenggal-senggal tak beraturan, keringat dingin bercucuran karena saking takutnya. Setelah aku turun dari kapal lagi-lagi ia mengikutiku, aku semakin takut di buatnya karena saat itu aku lagi sendirian.
Ku berlari kecil dan ketika aku melihat ada segerombolan orang-orang aku pun masuk ke dalam gerombolan itu dan menghindar dari Om Rendy sampai akhirnya ku temukan MTR dan selamatlah aku. Hufff apesssss.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H