“Tentu saja boleh”
“Aku Rendy, kamu?
“Panggil saja aku Cindy”
“Cindy, nama yang bagus”
“Hem, terima kasih”
Kami pun berjalan beriringan, sambil ngobrol ngalor ngidul, ia pun bercerita bahwa ia di Hong Kong bekerja sebagai Manajer di sebuah toko mainan. Ia memperlihatkan kartu namanya, namun saat aku memintanya, dia bilang hanya ada satu.
Akhirnya kami pun saling tukar nomor hape selain no hape ia juga memberi tahuku akunFacebook dan YM nya, karena aku masih banyak urusan, terpaksa dia aku tinggal kan dan kami janjian ketemu minggu berikutnya.
Sebenarnya aku sudah agak curiga apa maksud dan tujuannya, bahwa ia hanya ingin merayu saja, dan itu terbukti saat ia menelponku tanpa basa basi ia mengajakku berpacaran, ia pun menjanjikan akan memebelikan apa saja yang aku inginkan.
Sabtu malam minggu ku telepon temen-temenku satu persatu, dan kami pun ngobrol conferenceIvana, Kine, Dira, dan Vita.
“gggrrrr!!!” Seketika mereka tertawa mendengar ceritaku bahwa aku mendapatka kenalan seorang cowok.
“Gila loe dari mana loe dapet gebetan?” Suara Ina terdengar seakan tak percaya.