Dalam ketidak siapan, dalam pikiran yang belum disadarkan, Nana dikejutkan oleh satu tarikan napas Irkala yang sejurus melontarkan kalimat yang meruntuhkan semestanya.
"Nana, aku menyukaimu sejak lama. Tapi aku takut menyatakannya karena khawatir kamu akan menolakku. Lagi pula, sebentar lagi papamu dan bundaku akan menikah. Kita akan menjadi keluarga. Kita akan menjadi adik dan kakak. Kita nggak mungkin bersama. Dan kamu, Nana... kamu menyukai Irkani, kembaranku."
Nana terdiam, tidak bisa memberi respons apa-apa. Dia tampak seperti layar televisi yang di-pause. Tidak berkedip, tidak bersuara, tidak pula bergerak. Sedangkan Irkala, tersenyum menahan pahit dalam mulutnya.
"Benar, kan, katakan saja?"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H