Setelah membayar fee masuk sebesar Rp. 30.000,- per orang. Dengan ditemani guide berkeliling lah kami di museum sambil diceritakan mengenai sejarahnya.
Selesai kunjungan, lanjut makan siang, yaitu Enci Suka Ria di jalan Soleh Ali, ketupatnya katanya enak, tapi sayang kami nggak kebagian. Cuma kebagian nasi uduknya. Lumayan sih!
Pantai Tanjung Pasir di Kecamatan Teluk Naga merupakan objek terakhir yang kami kunjungi sebelum kembali ke Jakarta. Sempat terjebak macet di , di beberapa titik sepanjang jalan, karena terjadi pengumpulan masa, maklum sedang berlangsung pemilihan kepala daerah.
Jalanannya mulus walaupun sempit. Pemakai kendaraan motor roda dua agak kurang disiplin dan ngawur, sehingga terasa lelah karena perlu konsentrasi tinggi mengemudi.
Saya akan ceritakan ulang dengan detil objek wisata yang kami kunjungi ya, ditambah data yang diperoleh dari beberapa sumber agar lebih lengkap.
Cina Benteng
Sebutan Cina Benteng adalah sebutan untuk komunitas Tionghoa di Tangerang yang penampilan fisiknya sudah tak tampak seperti orang Cina.
Nama 'benteng' merujuk pada benteng Belanda yang dibangun VOC di bagian timur Sungai Cisadane yang mengelilingi daerah tersebut pada tahun 1684. Dikenal juga sebagai Benteng Makasar.
Etnis Tionghoa di Tangerang ini merupakan keturunan imigran Cina Hokkian, yang konon pertama kali datang di kawasan Tangerang pada 1407 dan masuk melalui Teluk Naga sebelum VOC datang.
Peleburan budaya Tionghoa pun terjadi sejak dulu antara lain melalui kuliner, bangunan rumah dan juga musik gambang kromong.