Mohon tunggu...
Nora Handayani
Nora Handayani Mohon Tunggu... Guru - Guru

Pendidik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Surat Cinta untuk Bunda

26 Desember 2022   22:07 Diperbarui: 26 Desember 2022   22:34 520
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aisyah tersenyum dan memeluk murid-muridnya, ia percaya muridnya pasti bisa membanggakannya.

Pertandingan pun dimulai, terlihat Amerta, Dinda, dan Nirma. sangat fokus mengerjakan soal-soalnya yang diberikan panitia, di sisi lain Aisyah memperhatikan serta memberikan doa semoga mereka bisa memenangkan pertandingan tersebut.

***

Baskara terbangun, ia melihat sekeliling dengan mata yang berat. ia melihat jam didinding kamarnya sudah menunjukkan pukul 10:21. Tidak biasanya Baskara kesiangan untuk bangun.

Baskara menuju kedapur, menuju meja makan. Termenung sejenak, lalu membuka Handphone dan melihat hari ini adalah tanggal 21 Agustus bertepatan dengan ulang tahun Aisyah. Baskara berdecak menepuk jidatnya, bagaimana bisa ia melupakan ulang tahun ibunya.

Baskara kembali ke kamarnya, ia duduk di dekat jendela. Menatap langit yang membiru dan angin yang menerpa wajahnya, ia merenung mengingat kenangan-kenangan ia bersama ayahnya sewaktu masih kecil. Bermain hujan-hujanan, lari-larian mengejar layang-layang, dan Bunda yang memarahi ayah karena tak ingin kita sakit bermain hujan saat itu. 

Hingga pada suatu ketika, Ayah benar-benar meninggalkan kami, di usia ku yang baru menginjak 5 tahun, aku menjadi saksi betapa hancurnya bunda ketika ayah dinyatakan meninggal oleh dokter.

Bunda bahkan tidak ingin makan beberapa Minggu, Aku yang tidak mengerti apa-apa hanya memeluk Bunda dan berkata "bunda jangan nangis, Baska disini." hingga beberapa tahun berlalu, bunda melanjutkan profesinya sebagai guru, dan aku telah bersekolah di salah satu sekolah dasar. 

Waktu itu umurku 8 tahun. waktu itu Aku sedang bermain lari-larian bersama teman-temanku, tanpa kusadari ada mobil dengan kecepatan kencang ada di sisi kananku, aku berusaha lari agar tidak tertabrak, tetapi karena mobilnya yang begitu kencang, aku tidak bisa mengelak lagi, dan aku tertabrak aku melihat sekeliling, mataku memburam, hingga akhirnya aku tak sadarkan diri. 

Saat di rumah sakit, dokter berkata bahwa pada saat kecelakaan tersebut membuat keretakan yang cukup parah pada kaki kananku, sehingga membuat aku mengharuskan untuk mengamputasi kaki kananku dan yang untuk kedua kalinya aku melihat bunda hancur lagi, bahkan setiap hari dia selalu menyalahkan dirinya sendiri.

tokk!! tokk!! tokk!!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun