"Kalau manusia cuma dikasih kesempurnaan dan gak dikasih kekurangan, manusia gak bakal tau bersyukur Baska. Maka dari itu, Baska harus lebih bersyukur lagi, Tuhan ngasih ujian ini ke Baska bukan berarti Tuhan gak sayang sama Baska, Tuhan cuma mau Baska lebih kuat lagi".
Baskara terdiam, ia cukup mengerti apa yang dikatakan Aisyah barusan. "Iya bunda Baska ngerti, tapi...Baska ngerasa gak adil aja sama hidup Baska. Dari Baska umur 5 tahun, Baska harus kehilangan ayah untuk selama-lamanya, dan di umur 8 tahun Baska kecelakaan yang ngebuat kaki Baska harus diamputasi"
Aisyah menghela nafas panjang. Lalu, ia menepuk pundak Baskara. "Baska! kalau semua manusia di dunia ini merasa hidupnya gak adil, bukankah itu adil?" Baskara menoleh, mulutnya bungkam ia hanya bisa tersenyum. Perkataan ibunya barusan benar-benar membuatnya kehabisan kata-kata.
"Udah gak usah sedih-sedih lagi" ucap Aisyah. Ia memeluk Baskara dan mengusap punggung anaknya tersebut.
"oh ya, besok sekolahnya Bunda bakal ikut olimpiade sains tingkat nasional, dan Bunda dipercaya sebagai pembimbingnya, Baska doain ya semoga menang"
"Baska pasti doain bunda kok, selalu semangat buat besok ya bunda"Â ucap Baskara.
***
Hari dimana perlombaan pun tiba, kini Aisyah mendampingi beberapa muridnya yang mengikuti perlombaan.
"Amerta, Dinda, dan Nirma. dengerin ibu yah, nanti kalian jangan panik, ini pertandingannya kelompok ingat saling kerja sama, gunain waktu sebaik mungkin, kerjain yang mudah dulu yang susah belakangan."
Amerta, Dinda, dan Nirma mengangguk paham, "baik Bu, Kita akan kerjain dengan sebaik mungkin" ucap Dinda.
"Iya Bu, kita bakal ngelakuin yang terbaik" sambung Nirma.