Mohon tunggu...
nodnod
nodnod Mohon Tunggu... Lainnya - Pengarang

Ada hal yang tak akan ku menyerah untuknya yaitu menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mimpi kehilangan kata sempurna

20 Desember 2024   08:43 Diperbarui: 20 Desember 2024   08:43 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

" permisi pak, kami ingin... ."

" rupanya benar kampungan. "
Diamnya nyatanya menyelidiki, tak ada sangka dia memotong ucapan beny dengan kalimat itu.
Bahkan beny harus mencerna sebentar apakah itu benar,  atau kupingnya kebanyakn kotoran hingga salah mendengar.
" kalian tak punya malu?"
Pria ber-usia itu menedekat pada dua teman atau rekan kerjanya atau entah siapa---yang duduk disofa ---menyalakan sebatang rokok dan dengan sengaja membuat asap mengarah pada beny dan yang lainnya---meski tidak sampai.

" maksud bapak apa ?"
Ujar very masih dengan baik, tidak langsung lugas menaikkan nada suara--- namun tak benar-benar menghilangkan nada tegasnya.

" lihat kalian ini,  datang seperti gembel,  pakain compang camping---tidak pernah diganti? " matanya masih menyidik.
"rambut kusut, bau tidak karuan, sudah selayak penghuni selokan;tepatnya tikus selokan, apa kalian tidak berkaca sebelum berani masuk kesini."
Hinaan itu berlanjut menyamar dalam tawa mengejek, begitu keras, hingga bukan fisik lagi yang terluka namun hati yang disayat

" bisa bayangkan musik apa yang mungkin dibuat oleh gembel seperti kalian? "
Ujar temannya.

" kuwalitas sampah pastinya, tak mungkin mereka bisa membuat lagu---atau kiranya musik di kepala mereka adalah suara panci yang dipukul- pukul"
Dibalas lagi oleh teman satunya, saling bersahutan dan selepasnya selalu disambung dengan tawa yang keras.
Seakan beny dan yang lain adalah bahan humor bagi mereka---lelucon yang layak untuk ditertawakan.

" sialan!!!  Mulut kalian sepertinya harus diberi pelajaran,  "
Kemarahan very kini telah sempurna. Ditendangnya meja didepan itu, sampai membuat beberapa barang diatasnya jatuh, pecah, yang juga membuat tawa diwajah keriput itu hilang.

" ver,  sudah cukup."
Ujar beny.

" jangan halangi!! ,atau kalain juga aku pukul."  very bersikeras, mencoba melepaskan tangan beny, Karsa dan gilang---yang mencoba menenangkan.
Apa yang bisa membuat badai di lautan reda? hanya lautan itu sendiri.
Pun very dia tidak akan berhenti sebelum dia mau berhenti.

" dasar tikus perusuh , pergi!!! , pergi kalian dari sini sekarang,  sebelum kesabaran saya habis dan mengusir kalian dengan paksa. "
Antara geram ingin memukul tapi tidak berani,  bapak itu hanya menuang emosinya dalam teriakan.
Tangannya terangkat menunjuk kearah pintu keluar, dari matanya yang melotot seakan penuh dengan kata-kata cacian.
Sedangkan sisa tawa dari kedua temannya kini hanya tinggal senyuman---tentu bukan senyuman ramah.

"kaki ku tidak akan melangkah keluar dari pintu itu, sebelum kesarangkan pukulan pada wajah mereka!!"
Tangan very gemetar, tidak kuat manahan emosinya yang membeludak,  kata-kata yang keluar itu seakan pasti dia lakukan---bukan lagi ancaman--- tanpa barang sedetikpun melepas pandangan dari ketiga pria ber-usia didepannya.
Seperti singa yang telah menandai mangsanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun