"iya betul, Â sesuai yang dituliskan"
Beny melihat sekilas kertas kecil pemberian sero. " tunggu apa lagi!"
Semangat mendorong mereka tak mau menunggu---memasuki gedung dengan deretan dinding kaca dan berhalaman seluas sawah milik pak kades itu.
" maaf, Â kalian mau cari siapa dan ada keperluan apa?"
Tanya seorang dengan seragam putih ketat yang menampakkan tubuh besar,dengan ototnya yang diperas kering--- tambah seram lagi dengan kumis tebal yang melingkar di bibir sampai dagunya,serupa fosil ulat bulu ;lebat dan menggatalkan.
" kami ingin mencari pemilik gedung ini pak, kami ingin menjual rekaman musik kami, "
" namanya siapa?"
" nama saya karsa pak, "
" bukan nama kamu!!, Â nama orang yang kalian cari, "
Jawaban karsa sedikit membuat bapak itu mengerutkan alis---matanya seraya ingin keluar dan kumisnya bergetar lunglai sehabis membentak.
Mereka semua saling pandang, Â kerena sero tak memberikan nama,dia hanya memberikan alamat---jika mengambil pilihan untuk menebak, Â kemungkinannya adalah 0,01 %, itupun jika dihitung kalau mereka tau nama-nama pekerja disana.
"maaf pak---"
Beny melirik karsa.
" kami tidak tahu namanya, yang diberi tahu dia seorang produser musik---kata teman kami"
Beny menjelasakn dengan hati-hati, agar tak menbutanya kesal lagi dan harap-harap dipersilahkn masuk.
Ada jeda beberapa detik atau menit mungkin untuk bapak itu bersuara lagi, Â dan menenangkan kumis-kumisnya.
" yasudah, kalian masuk kedalam dan tanya pada reception , dia akan mengatar kalian."
Pintanya mengarahkan telunjuk pada jalan yang harus diambil---yang mungkin adalah pintu masuk berada.
" reception itu orang mana pak ?"
Celetuk karsa , dengan inisiatif bertanya yang tidak pada waktunya.
dan bapak itu hanya mendengus kesal ---lagi kumisnya bergetar lebih kencang, Â seperti dihantam gempa dengan skala besar.
Untung saja very cepat menarik karsa sebelum kumis kumis itu lepas dari sarangnya dan menyengat.
Didalam ada lagi seorang lelaki gagah menghampiri. Berseragam lebih rapi, berkemeja, jas dan celana hitam, dan sepatu yang begitu berkilau---entah berapa kali dibilas untuk dapat kilaunya.
" permisi pak, Â kami ingin bertemu dengan pak produser"
Kata beny , dia memberi salam namun tak dibalas, tangan itu membusuk dikerumunin lalat.
Orang itu hanya diam, di jas bagian dada sebelah kiri ada sebuah tulisan " rendy" ---namanya mungkin.
Dia tak berhenti menatap,  dari bawah naik pelan  keatas,  kebawah lagi,  lagi-lagi keatas---dari mereka berempat tak ada yang tau apa yang dia cari.
" tunggu disini, Â jangan tatap barang apapun apalagi mencoba disentuh. "
Akhinya dia membuktikan diri bisa bicara, Â namun sekali bicara sangat menyakitkan---
Apa pikirnya tampang beny dan yang lain sepencuri itukah.