Sentuhan tangan di pundak Mentari membuyarkan lamunannya.
"Ono sing mbok pikir, Ndhuk?"
"Mboten wonten, Ibu.."
Senyuman Ibu terlihat mengembang. Mentari membalas tersenyum.
"Udah hampir 38 tahun jadi anak Ibu. Ibu jauh lebih pintar, dong. Ibu tau."
Mentari tertawa menanggapi jawaban Ibu yang setengah percaya menanggapi jawaban anak sulungnya.
Mbok Tirah tetiba muncul sambil membawa piring coklat berisi pisang goreng buatannya.
"Nih, kesukaan Mbak Mentari. Sapisial lagii, Mbok buat. Ini tadi adonan tepungnya dicampur dengan gula aren dan esen kayu manis."
"Wah, Mbok Tirahhh aku padamuuuu...."
Mentari nyomot satu buah pisang dan mulai melahapnya. Jam dinding di ruangan itu menunjukkan pukul 11.27. Ketiganya lebur menikmati hangat pisang goreng. Ada renyah tawa Mentari yang lama dirindukan oleh Ibu.
Perempuan 37 tahun jalan itu sangat tertutup pada Ibunya. Namun demikian kasih sayang Ibu Rahutami seolah mampu menembus semua pikiran Mentari. Semua, tanpa terkecuali.