“Tentu saja boleh,” dr. Jalal kembali tersenyum. “Aku akan pergi. Semoga kau lebih siap untuk sesi terapi besok.”
Aku hanya bisa mengangguk. Pikiranku semakin kacau, dan tak mampu membedakan mana yang nyata dan mana yang khayalan.
Setelah makan malam, aku mencoba membaringkan diri dan melepaskan segala beban pikiran. Aku benar-benar hanya ingin beristirahat.
***
Esoknya, aku bangun dengan pikiran yang lebih segar. Tinggal menunggu Dokter Jalal sore nanti. Kali ini aku sudah siap untuk sesi terapi.
Setelah lama menunggu, akhirnya beliau datang juga.
“Bagaimana kabarmu hari ini, Anna?”
“Baik, dok.” Aku tersenyum
“Aku bawakan buku kesayanganmu, yang kau bawa saat pertama kali datang ke rumah sakit ini.”
dr. Jalal menyodorkan buku yang sampulnya sudah agak lusuh.