Aku terkejut. Bukankah terakhir kali aku tengah sarapan bareng Nina, sesaat sebelum bel rumah berbunyi?
“Tidak… tidak. Kalian pasti berbohong karena aku tidak sedang sakit, juga tidak sedang berada di rumah sakit. Ini pasti semacam reality show!” tolakku, sambil pandangku mencari-cari di mana kiranya letak kamera pengintai yang tengah meliput adegan kami ini.
“Tapi kamu memang sakit, Anna, dan tidak boleh melewatkan jadwal minum obat.”
“Aku tidak sakit, dan aku tidak mau minum obat. Titik!” tegasku
Kedua perawat itu berpandangan sekali lagi, sebelum akhirnya si rambut model Bob berbisik pada rekannya untuk kemudian pergi dengan agak tergesa.
Aku tak bisa mencuri dengar bisikannya, tapi sepertinya itu tanda bahaya bagiku.
Aku tidak tenang. Kupandangi si rambut panjang dengan waspada. Kuteliti dari ujung rambut hingga ujung kakinya, untuk kemudian pandanganku berputar pada ruangan ini.
Akhirnya aku menemukan ide jahil. Kuberikan senyuman paling manis pada perawat itu. Dia memandangku dengan agak gusar.....
***
Pintu ruangan kembali terbuka. Si rambut model Bob bersama beberapa orang, dan langsung menjerit serta berlari menuju tubuh temannya yang terkulai di kursi sambil berteriak.