Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Pasca Debat Pilgub DKI, Agus, Ahok, Anis, dan Gadis Sufi dari Gua Wirosableng 212

28 Januari 2017   10:53 Diperbarui: 28 Januari 2017   11:07 4703
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Ajaran komplit saya lebih dahsyat dibanding Guru ajarkan!”

Fahira memaparkan pikirannya. Bagi Fahira konsep tidak bekerjasama dimaknai sangat luas. Ajaran tidak kompromi dengan orang yang tidak seiman dimaknai secara luas dan mencengangkan.

Pertama soal pakaian. Fahira telanjang karena Fahira berpikir benang dan alat pintal benang dibuat di pabrik. Sementara peralatan mesin pabrik adalah buatan orang kafir. Maka menjadi haram pakaian yang dipakainya. Wah.

“Maka saya tak mau pakai pakaian selain yang saya tenun sendiri dengan menanam kapas.”

Soal uang. Uang yang dicetak, itu juga haram dan tak boleh dipakai. Karena uang juga dicetak dengan mesin pencetak uang buatan Jerman – negeri kaum kafir. Wah.

“Maka perdagangan harus dengan barter.”

Aku terdiam.

“Ini ada roti Sari Roti! Silakan makan ya!”

Fahira menolak makan. Disampaikan bahwa gandum dan gist yang dipakai berasal dari negara-negara kafir seperti Russia, Australia, dan bahkan musuh bebuyutan Amerika Serikat. Artinya dari negeri kafir. Belum lagi alat angkut berupa kapal dan mesinnya semuanya buatan negeri kafir. Haram. Wah.

“Belum lagi mesin pembuat rotinya juga buatan negeri kafir!” kata Fahira.

“Jadi tak mau makan?” tanyaku keheranan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun