"Benarkah?"
"Ya," jawabnya cepat.
"Sabila, lihat itu!" katanya kepadaku sambil menunjuk ke atas, ke jajaran pohon-pohon yang rindang.
Aku menoleh ke arah telunjuknya menunjuk. Mendongakkan kepalaku ke atas sambil sedikit memajukan badanku, menatap keluar kaca depan.
"Mana?" tanyaku polos.
"Itu di atas sana," jawabnya sambil jarinya masih menunjuk keluar kaca mobil.
Aku serius mencari-cari apa yang ditunjukkannya padaku, mataku beredar kesana-kemari mencoba menemukan sesuatu, tapi aku tidak menemukan apapun kecuali daun-daun pepohonan yang rindang. Kami melewatinya.
"Kamu tidak melihat apapun?" tanyanya serius, "tadi ada benda putih-putih menggantung di sana," katanya sambil memandangku.
"Ah, kamu," kataku sambil tersenyum dan meninju lengannya lembut. "Kamu ada-ada saja, aku tidak takut dengan hal seperti itu," kataku melanjutkan.
Dia tertawa dan menatapku. Memalingkan wajahnya ke dapan dan mengayunkan tangannya meremas pahaku.
"Awh!" reflek aku berteriak dan menjauhkan kakiku dari tangannya, "kamu membuatku geli!" kataku sambil memegang punggung tangannya, meremasnya, lalu mengangkatnya, dan meletakkannya di atas telapak tangan kiriku. Aku meletakkan telapak tangannya di antara kedua telapak tanganku, lalu aku letakkan tangan kami di atas pangkuanku. Kami diam.