Mohon tunggu...
Noer Fadlilah Wening
Noer Fadlilah Wening Mohon Tunggu... Wiraswasta - https://ninin-dahlan-marchant.blogspot.com/

An ordinary wife who try to learn everything as much as possible.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

On The Bank of Kingston Upon Thames

18 Juni 2017   00:26 Diperbarui: 18 Juni 2017   01:17 542
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

"Hanya seminggu dan sebanyak itu suratnya?" tanyaku keheranan, merasa canggung karena sudah tidak pernah lagi menerima surat semenjak ada handphone.

"Yep," jawabnya singkat sambil menutup pintu.

Ada empat pintu yang aku lihat di ruangan ini, mengelilingi kami. Satu pintu kecil di bawah tangga, pastilah ini ruang penyimpanan atau gudang bawah tangga. Satu pintu dekat jendela di depan tangga, satu pintu di samping kananku, tapi jendela yang tadi tampak dari luar, sekarang tidak tampak, berganti tembok dan pintu di ujungnya, kemudian ada space agak menjorok ke dalam. Satu pintu lagi tepat di depan pintu masuk yang kami lalui tadi. Dan suamiku mengarahkanku masuk ke ruang itu. Aku mengikuti saja. Aku menoleh pada space kosong yang tadi kulihat, ada kursi kecil anak TK terbuat dari kayu kokoh yang sudah sedikit usang dan sebuah pintu lagi di sana, sepertinya ruangan dapur. Di atas kursi itu duduk pesawat telepon dan kotak kecil berwarna putih yang lampunya berkedip-kedip, banyak kabel di sana. Ruangan sekecil ini dikelilingi lima pintu, aneh. Aku masuk ke pintu di depan pintu masuk, suamiku telah mendahuluiku. Ternyata ruang makan. Bertengger meja makan oval dengan enam kursi di tengah ruangan. Ada pot bunga di atas bangku tinggi yang diletakkan di sudut ruangan menghadap pintu. Di sampingnya jendela lebar berkorden hijau dengan beberapa piala dan souvenir bertengger di sana. Di samping kiri tembok berhiaskan lukisan pemandangan yang hampir memenuhi tembok, ada empat lagi lukisan kecil-kecil diletakkan di atas lukisan pemandangan itu.  Ada lukisan wanita berkemben sedada sedang duduk, ada lukisan tinta berwarna hitam, ada lukisan buah dan sayur, dan satu lagi lukisan sebuah kota tua. Di samping pintu masuk ada almari bufet hampir setinggi atap dan selebar ruangan.

Suamiku melatakkan tas kerjanya di kursi menghadap jendela, dan meletakkan koporku di depan bangku pot bunga, lalu menoleh padaku.

"Kamu mau membawa ranselmu ke atas atau meletakkannya di sini, Love?"

"Di atas ada apa?" tanyaku.

"Ke kamar kita," jawabnya sambil terus menatapku.

"Ah, iya, ke kamar saja," jawabku cepat, "apa tidak lebih baik koporku juga dibawa ke atas?"

"Besok saja, ini sudah malam, kita harus tidur," jawabnya cepat.

"Baiklah," kataku mengiyakannya.

"Ayo," katanya memberiku komando.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun