Mohon tunggu...
Noer Fadlilah Wening
Noer Fadlilah Wening Mohon Tunggu... Wiraswasta - https://ninin-dahlan-marchant.blogspot.com/

An ordinary wife who try to learn everything as much as possible.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

On The Bank of Kingston Upon Thames

18 Juni 2017   00:26 Diperbarui: 18 Juni 2017   01:17 542
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Saat aku melihat seekor serigala keluar dan berjalan menuju trotoar, aku berteriak dan jariku menunjuknya penuh semangat, hingga badanku maju ke depan.

"Lihat, Dave, ada serigala!"

Aku menoleh sejenak, untuk memastikan bahwa suamiku merespon ucapan dan tindakanku. Dia menoleh ke sana dan tertawa terbahak-bahak. Aku kesal sekali. Aku heran. Aku bengong. Kemudian aku merasa takut. Sekali lagi aku menyusutkan badanku, duduk diam sambil tatapanku mengarah ke depan. Jantungku berdebar-debar. Inikah aku sekarang? Aku akan menjadi seorang tawanan. Aku tidak mau. Aku mau menikah dengan orang biasa. Aku mau menikah dengan lelaki gagah tapi bukan setengah hewan atau penjahat. Suasana ini sungguh mendukung, seperti film-film horor. Gelap. Sepi. Suara burung hantu. Suara ombak. Aku benar-benar akan tumbang.

Telapak tangannya menyentuh kepalaku kembali, mengusapnya hingga ke belakang kepala, sambil ia masih terus tertawa. Tapi kali ini aku diam saja tak bereaksi. Memang film Twiligh itu lelakinya baik, tapi dia setengah serigala. Harry Potter yang pernah kami tonton bersama, juga ada hawa-hawa horor untukku, suara-suara saat malam tiba, dan Harry Potter adalah film Inggris. Ya Tuhan, sejak kedatanganku ke Inggris ini, ada-ada saja yang mengaduk emosiku.

"Sabila, itu bukan serigala," ucapnya lembut seolah mengerti kesedihanku, "itu adalah fox, dan dia tidak berbahaya, bahkan dia takut pada manusia."

Aku tidak percaya, tapi aku menatapnya, untuk meyakinkanku bahwa dia tidak membohongiku, bahwa dia berkata sungguh-sungguh.

"Ayolah Sabila, mengapa kamu seperti ini, itu hanya fox," ucapnya meyakinkanku, "dia banyak berkeliaran di sini saat malam tiba, tapi jika populasi mereka sudah di ambang batas, pemerintah akan menembaki mereka agar tidak mengganggu manusia dan lingkungan di sini."

"Benarkah?" sahutku mulai tertarik dengan penjelasannya, dan mataku membesar tanda aku menyimak ucapannya.

"Ya," dia membalas sambil menatap mataku dan tersenyum.

Mata kami beradu. Tatapannya lembut dan melindungi sekali. Aku jadi sedikit lega dan merasa aman dengannya. Karena aku melihat matanya yang lembut diiringi senyuman, aku pun kemudian tersenyum. Dia mengoyak rambutku. Mungkin wajahku seperti anak kecil yang habis diberi permen atau es krim, makanya dia nampak gemas ketika mengoyak rambutku, kemudian dia meremas pahaku sebelum mengembalikan tangannya ke kemudi. Kali ini aku tertawa keras, dan dia pun tertawa.

"Sabila, kita nanti hidup di dunia nyata ya," katanya sambil menatap ke depan, "kamu jangan membayangkan seperti di film-film yang kamu tonton," ucapnya padaku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun