Ratih yang sekamar menimpali, "Betul, Mbak! Tria pasti malu jika kita tahu dia tidak membayar uang indekos!"
Ibu indekos hanya manggut-manggut menerima saran anak buah yang cantik-cantik itu.Â
"Baiklah, kalian yang cantik dan baik hati ini harus pandai-pandai menjaga perasaan Tria! Di sini kalian satu keluarga besar! Yang satu harus menjaga hati dan perasaan yang lain, di samping saling menghormati, dan menghargai. Jangan ada perselisihan. Belajarlah hidup rukun dan saling menolong! Ibu tahu kalian jauh dari orang tua dan belajar ilmu kehidupan di sini. Kita simpan diskusi hari ini jangan sampai bocor kepada siapa pun! Yang tidak ikut hadir tidak usah diberi tahu, ya!" pungkas Ibu kost siap-siap mengakhiri pertemuan malam itu.
"Bu, ... kami sangat berterima kasih memperoleh petuah berharga dari Ibu! Ngomong-ngomong apa alasan Ibu hingga berkenan menasihati kami seperti ini?" tanya salah seorang di antara mereka.
"Ibu telah banyak makan asam garam kehidupan. Ibu pernah mengalami kegagalan berumah tangga gegara Ibu tidak bisa memasak. Karena itu, Ibu ingin kalian bisalah memasak!" nasihatnya tegas. Â
"Mertua ibu sangat melecehkan ibu karena tidak bisa memasak itu. Padahal, menurut ibu menantu itu sebenarnya adalah anak kandung yang pernah hilang karena oleh Tuhan sedang dititipkan dan berada di rumah besan kita! Jadi, seharusnya para mertua berbaik hati dan justru membimbing  menantunya agar siap mengarungi bahtera kehidupan. Tapi itu semua tidak terjadi pada Ibu!"  kata ibu kost penuh wibawa.
"Makanya, Ibu tidak ingin kalian mengalami nasib seperti itu. Ibu memfasilitasi kalian untuk berlatih menjadi calon istri yang baik dan bijaksana. Pergunakanlah waktumu untuk mengetahui dan menerapkan ilmu 'menjadi istri' yang disayangi mertua!" lanjutnya. Anak-anak indekos pun mendengarkan terpana.
"Yang suka menjahit boleh belajar menjahit di sini saat luang. Itu ada mesin jahit menganggur! Â Nanti kita panggil guru menjahit. Kalau harus membayar, kita bisa patungan! Pokoknya, ketika wisuda kelak, ketika keluar dari rumah ini, kalian harus membawa ilmu yang barokah. Kalian harus siap menjadi seorang istri yang baik."
Pandangannya menerawang jauh, lalu lanjutnya, "Kalau sewaktu-waktu kalian harus menikah, kalian sudah memperoleh bekal. Dari sini, dari rumah ini kalian harus banyak menimba ilmu kehidupan! Itu cita-cita Ibu, Nak!" ibu indekos mengatakannya dengan bersemangat seolah menasihati putri kandungnya.
Mereka pun terhenyak. Tak pernah terpikirkan bahwa ibu indekosnya yang menjanda itu memiliki pemikiran brilian seperti itu! Mereka semakin betah tinggal di rumah itu sebab mengetahui betapa  mulianya hati ibu kost-nya.
 Seandainya Ratih tidak menceritakan perihal anting-anting yang ditemukan Tria, tentu mereka tidak mengetahui semua isi hati ibu indekos yang semula dianggap cerewet dan sedikit jahat itu. Maka terbukalah tabir yang menyelimuti hubungan di antara ibu dan anak indekos. Semakin kompak dan rukun, itu yang terjadi setelah peristiwa itu.