Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - Penulis novel: Damar Derana, Tresna Kulasentana, Centini, Gelang Giok, Si Bocil Tengil, Anyelir, Cerita Cinta Cendana, Rahim buat Suamimu, dll. Buku tunggal 29 judul, antologi berbagai genre 169 judul.

Masih terus-menerus belajar: menulis, menulis, dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pamit Tidur

11 Juni 2024   17:55 Diperbarui: 11 Juni 2024   18:52 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ya, apa? Minta minum?"
"Gak ...," dihirupnya napas satu-satu, "Ma ...," dia mengambil napas panjang, "Maa-aaf ...!" lanjutnya dengan wajah pias.
Matanya sayu. Tak tega rasanya melihat penderitaannya.

"Iya, Mama sudah memaafkanmu. Jangan cemas, ya!" dijawabnya dengan anggukan lemah.

"Ma ... titip .... "

"Iya, titip apa?"

Pertanyaanku tak dijawabnya. Tampaknya sangat kelelahan. Beberapa detik kemudian dia pun tertidur. Aku pun melupakan apa itu.
Aku tidak bisa memicingkan mata. Biasanya sebelum pasien baru yang di samping datang, aku masih bisa menyandarkan punggung di bed sebelah. Malam ini tidak bisa lagi. Seorang pasien baru menempatinya. Jadi,  aku hanya duduk membisu. Hanya hatiku bersenandung memuji Dia Sang Pemberi hidup dan kehidupan.

Saat sekitar jam dua malam, bulu kudukku tetiba  berdiri. Entahlah aku merasa sangat ketakutan. Seperti ada yang datang kepadaku, tetapi entah siapa. Tak kasat mata tapi terasa ada ....

Perasaan yang sangat tidak nyaman. Pasien yang baru datang sore tadi, yang tergolek di ranjang sebelahku, tidak bersuara. Mungkin sedang tidur. Orang yang bertugas menunggunya berada di teras depan ruang. Mungkin juga sedang tidur.

Aku mengarahkan pandanganku ke kiri kanan, bahkan ke atas juga,  tetapi memang tidak ada sesiapa. Namun, serasa ada sosok yang hadir di tengah kami. Mrinding, asli! Ya, Tuhanku ....

Jam dinding menunjukkan angka tiga. Tiba-tiba mataku terpaku pada tabung oksigen sebesar manusia di depan kananku. Kulihat kepala oksigen yang dipasang tidak bergelembung-gelembung seperti biasanya. Aku bingung sekali. Ada apa! Aku merasa sungguh bodoh! Lalu, kupencet bel pemanggilan perawat.

Saat perawat datang, memeriksa nadi, lubang hidung, mata, lalu menoleh padaku mengatakan dengan serius, "Bu, dia sudah pergi. Sepertinya barusan!"

"Ohh ... !" aku lemas. Dia menghembuskan napas terakhir di depanku, di depan mataku, tetapi aku tidak mengetahui dan tidak pula menyadarinya!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun