Sesampai di rumah, karena mereka berdua ini kerabat dekat suami, kukatakan blak-blakan kepada anggota keluarga bahwa si dia ini operasi hamil di luar kandungan. Maksudku agar hubungan keduanya segera diresmikan.
Namun, ibunya menyanggah. Bahkan ibunya marah-marah, mengatakan bahwa aku membenci mereka sehingga aku tega memfitnah seperti itu!Anehnya, semua keluarga ternyata menutupi kebusukannya. Semua percaya kalau operasi itu operasi usus buntu! Aneh!
Saat itu, di depan keluarga besar, dengan niatan baik kujelaskan pelan-pelan. Dengan kesabaran tinggi serta mendetail sesuai anjuran sahabatku yang menangani operasinya, kepada ibunya kuminta agar segera meresmikan hubungan keduanya untuk menghindari hal-hal negatif yang tidak diinginkan. Namun, sekali lagi, aku tidak digubris! Usulanku tidak ditanggapi.
Ya, sudahlah. Artinya, mereka sudah tidak membutuhkanku lagi. Ya, sudahlah. Aku tahu diri dan mundur teratur. Aku yang hanya berstatus sebagai orang luar, hanya hubungan menantu saja, takdapat berbuat lain. Diam. Ya, diam adalah senjata andalanku.Â
Bukankah silent is gold? Biarlah waktu yang akan menjawabnya!
***Â
Waktu berjalan dengan cepatnya. Tiba-tiba kulihat perutnya membesar.
"Wah, dia hamil lagi, nih! Harusnya segera diresmikan sebelum lahiran!" kataku pada suami.
"Sudah. Diam sajalah. Bukan urusanmu!" kata suamiku.
Sebelum lahiran, kudengar bisik-bisik tetangga yang sampai juga ke telingaku.
"Mereka tidak bisa menikah karena istri cowoknya juga hamil!"