Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - belajar mengingat dan menulis apa yang diingat

Menulis dengan sukacita sebab hati yang gembira adalah obat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bertemu untuk Berpisah

30 Mei 2024   12:34 Diperbarui: 30 Mei 2024   12:50 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 "Ketika hendak dibawa ke rumah sakit, aku sudah tidak kuat lagi. Akhirnya, aku tidak tertolong karena kehabisan darah!"  katanya sambil menunduk.

"Terima kasih, kau telah menjadi temanku di hari-hari terakhirku!" lanjutnya sangat pelan dan begitu lirihnya. Sambil diberikannya 

Tiramissu, diusapnya mukaku perlahan lalu mundur, memudar, dan akhirnya menghilang. Sayup-sayup masih kudengar kata-kata terakhirnya sebelum pergi, "Aku sayang kamu, Vioooo!"

Aku terperanjat. Ternyata aku bermimpi.

Dua hari di kamar rawat inap, dikabarkan oleh seorang suster bahwa mamaku telah siuman. Jika mau, aku bisa didorongnya dengan kursi roda menuju ruang gawat darurat. Aku pun setuju. Air mataku merebak tak terkendali.

Aku langsung memeluk mama, "Terima kasih, Ma!" kataku berulang-ulang sambil menciumi mama. "Maafkan Vio, Ma!" kataku terisak.

Mama menjawab pelan, "Maafkan Mama, juga Vio. Mama terlalu protektif kepadamu karena mama tidak ingin kehilangan kamu!" kami berpelukan dan bertangis-tangisan.

Dua hari kemudian, mama dipindahkan ke ruang rawat inap. Aku meminta kami bisa sekamar. Beruntunglah kami dirawat seminggu saja dan diizinkan pulang dengan pengawasan dokter.

Saat di rumah, mama mengatakan bahwa saatnya sudah sampai. Aku harus mengetahui suatu fakta. Aku penasaran sekali.

"Ada apa sih, Ma?" kami berdua sama-sama masih menggunakan kursi roda. Ada perawat yang merawat dan mengawasi kami selama di rumah.

"Vioo ... , maafkan Mama, ya! Sebenarnya .... ," seolah mama tidak tega mengemukakannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun