Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - mengisi usia senja dan bercanda dengan kata

Menulis sesuka hati, senyampang ada waktu, dan sebisanya saja

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Leleh Laksana Lilin

14 Mei 2024   02:26 Diperbarui: 14 Mei 2024   07:17 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Selamat pagi, Bu. Mohon maaf kedua putri kami merepotkan, baik Ibu Guru maupun Ibu Kepala Sekolah. Sungguh, kami mohon maaf bila belum mampu mendidik kedua putri kembar kami!" Bapak Handono dan istri mengungkapkan permohonan maaf dengan santun di hadapan Kepala Sekolah.

Setelah dikemukakan permasalahan yang terjadi, Pak Handono menasihati kedua putrinya di hadapan Bu Sri dan Bu Susi.

"Anak-anak, pernah 'kan kita melihat pedagang buah-buahan di pasar?" tanya Pak Handono kepada dua putri kembarnya.

"Ya, pernah!" jawab Wita.

"Mengapa pedagang tersebut rela mengupas buah dagangannya untuk dicicipi calon pembeli? Padahal, sudah dituliskan besar-besar harga dan rasa dagangannya. Misalnya, duku manis asli Palembang! Kalian tahu mengapa?" lanjut Pak Handono.

"Yaaa ... mana percaya dengan tulisan itu, Ayah! Pasti calon pembeli ingin mencicipi! Pembeli 'kan raja!" jawab Wita spontan.

"Baiklah! Demikian juga Ibu Guru di kelas. Apakah percaya begitu saja walaupun Wita mengatakan begini, 'Saya 'kan sudah bisa, Bu!' tanpa kamu menunjukkan buktinya?" lanjut Ayah lagi.

"Hmmm, yaa ... bisa jadi sih nggak percaya! 'Kan harus dibuktikan, ya!" jawab Wati dengan santai.

"Lah, kalau buktinya nilai di rapor, 'kan jelas, Ayah! Peringkat atas 'kan pasti bisa mengerjakan soal mudah!" sanggah Wita.

"Belum tentu juga, Wita!" sanggah Bu Handono.

"Sekarang Ayah mau tanya lagi. Apakah semua dagangan penjual pasti manis?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun