"Serius?"Â
"Iya, apa kamu lupa kalau hari ini aku berulang tahun?"
"Ohh, ... maaf! selamat ulang tahun, ya Rin! Semoga semua yang kauharapkan tercapai!" Â ujarku.
"Amin!" jawabnya dengan senyum khasnya. Senyum yang membuat semua orang tergila-gila karena dihiasi gingsul yang menambah manis penampilannya.
Usai menikmati gratisan aku berpamitan. Kali ini aku tidak jadi ke kampus. Aku akan melanjutkan ke tempat kursus sulam pita di Jalan Argopuro.
Hari berganti hari, bulan pun berganti bulan. Tepat  tiga bulan aku meninggalkan Mas Dewo. Musim hujan masih belum berakhir. Kursusku menyetir sudah selesai. Karena itu, aku melaporkan kepada ayah bahwa aku sudah bisa mengendarai mobil. Maka, aku meminta izin untuk meminjam mobil ayah di hari Minggu besok karena ingin melancarkan penguasaan mengendarai mobil.
"Wah, hebat! Ok, kau boleh meminjam mobil, tetapi harus dengan sopir! Bagaimana?"
"Lah, apa gunanya aku lulus ambil SIM A, Ayah?"
"Ya, nanti kamu boleh memegangnya ketika di tempat sepi. Biar sopir baru kita membawamu ke tanah lapang atau tempat terbaik untuk melancarkan keterampilanmu!" kata ayah tegas.
Hari Minggu yang kutunggu pun tiba. Pagi itu seseorang datang mencari ayah. Penampilannya sangat rapi. Tampaknya dia pemuda baik-baik. Ternyata, ayah memperkenalkannya sebagai sopir barunya. Setelah berbicang-bincang sebentar, ayah mengizinkan aku dan dia berjalan ke mana pun mau. Ayah sudah menceritakan bahwa aku hendak memperlancar kemampuan menyetir. Ia  pun menyanggupi akan menjadi instrukturku.
"Maaf, Mbak. Sementara mobilnya saya bawa dahulu. Nanti di tempat yang akan saya tunjukkan, silakan Mbak yang membawanya!" katanya sambil merunduk santun.