Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - Penulis novel: Damar Derana, Tresna Kulasentana, Centini, Gelang Giok, Si Bocil Tengil, Anyelir, Cerita Cinta Cendana, Rahim buat Suamimu, dll. Buku solo 29 judul, antologi berbagai genre 171 judul.

Masih terus-menerus belajar: menulis, menulis, dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rindu di Kala Hujan

2 Mei 2024   00:38 Diperbarui: 2 Mei 2024   00:41 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kali ini dia terhenyak. Tak lagi mampu mengucapkan sepatah kata pun. Dia hanya memandangi kepergianku dengan mata kosong.

Sejak saat itu, dengan susah payah aku berusaha melupakannya. Hari-hariku kuisi dengan berbagai kesibukan. Biasanya aku tidak pernah mengikuti les ini itu, mulai saat ini aku mengambil les apa saja dengan harapan segera mampu melupakannya.

Les yang pertama kuambil adalah les mengendarai mobil. Usiaku sudah cukup untuk memperoleh SIM. Jika ayah yang semula tidak mengizinkanku mengendarai sepeda motor, akhirnya mengizinkanku menggunakan sepeda motor untuk aktivitasku, aku yakin pasti ayah setuju aku mengambil kursus mengendarai mobil. Ini kejutan buat ayah ibu juga. Tanpa memberi tahu mereka, aku akan segera belajar. Ya, meskipun saat ini belum memiliki mobil, aku menyisihkan uang tabungan pribadiku untuk membayar kursus di salah satu tempat kursus yang jadwalnya sesuai dengan kegiatanku.

Hari pertama kursus, seorang bapak menjadi instrukturku. Beliau menanyakan alasanku mengikuti kursus. Kukatakan jujur bahwa aku sedang mengalihkan perhatianku dari kegalauan. Entahlah aku juga heran mengapa aku begitu polos dan jujur menceritakan kondisiku. Bapak itu memahaminya. Lalu beliau mengatakan bahwa untuk menguasai kendaraan, hati kita harus tenang, tidak boleh grogi dan harus tetap berkonsentrasi. Meskipun hanya satu jam setiap kali pertemuan, tetap saja aku dituntut untuk berkonsentrasi. Tanpa konsentrasi, pelajaran mengendarai kendaraan bermotor akan sangat sulit dilakukan.

Baiklah. Aku justru hendak mengalihkan kesedihan dan kegalauanku. Aku pun berkonsentrasi penuh saat diberinya teori dan sekaligus praktik menjalankan kendaraan. Bersyukur, hari pertama aku bisa mengatasinya. 

Saat pulang dari tempat kursus, tanpa sengaja aku melihat dia sedang berjalan menuju kampus. Aku berusaha tidak menyapanya. Sengaja sepeda motor yang kukendarai kualihkan menuju tempat lain dahulu. Lalu, aku singgah di kantin agar dia berlalu dari penglihatanku.

"Loh, Nin. Tumben sendiri? Mas Dewo mana?"  tanya Rianti beruntun. Aku hanya tersenyum tanpa menjawabnya.

Ya, siapa pun tak boleh tahu kalau aku sudah berniat meninggalkannya. Itu tekadku. Biarlah orang tahu dengan sendirinya tanpa aku memberitahu.

"Kau pesan apa, Nin?" tanya Rianti lagi.

"Biasa, gado-gado!"

"Ok. Hari ini aku mentraktirmu!" 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun