Aku menyeringai mendengar perkataan Tanwira.
"Itu saran yang bagus."
"KAU SUDAH GILA?!"
Aku hanya terdiam dan terus menjalankan kuda yang tengah kutunggangi.
"Bhadrika Maharajasa Wijaya! Aku sungguh tidak kuat jika mendengar suara dosa yang kalian hasilkan!"
"Maka carilah kekasih agar tidak merasa terus menerus iri dan mengikutiku kemana-mana seperti kau menyukaiku."
Tanwira terlonjak kaget dengan ucapanku. Sementara aku tergelak melihat reaksinya.
"Tidak ada yang sukarela mencintai seorang putra bodoh dari penasihat kerajaan seperti aku."
Tanwira bergumam dengan lirih.
"Kalau begitu, manfaatkan ketampananmu."
"Bahkan ketampananku tidak bisa menandingi separuh ketampanan dari Bhadrika Maharajasa Wijaya yang merupakan Putra Mahkota dari Prabu Brahmajaya."