Samahita terlalu bersemangat dalam melakukan pertunjukan di atasku. Ia bagaikan sedang melakukan pacu kuda dengan menumpukan tangannya di dada bidangku. Aku meraih pinggulnya dan menyelesaikan pertempuran dengannya. Mengeluarkan benih suci dengan kesetenan.
Tubuh Samahita lemas di atas tubuhku. Peluh kami menyatu. Wewangian harum kami merebak bercampur dengan aroma percintaan yang pekat.
Aku mengatur napasku. Sungguh malam ini sangat menggairahkan. Samahita tiba-tiba datang menemuiku yang tengah terbaring sakit di atas ranjang. Ia membuka seluruh kain yang melekat di tubuhnya. Samahita berkata bahwa ini adalah satu-satunya ramuan mujarab untukku.
Aku tak masalah dengan semua gerakannya yang nampak seperti melampiaskan sebuah kemarahan. Aku hanya dibutakan oleh kabut birahi yang menyelimuti jiwa dan ragaku.
"Bhadrika, boleh aku bertanya padamu?"
Aku membelai rambutnya yang indah dengan penuh kasih.
"Tentu. Apa yang sangat ingin kau tanyakan?"
"Aku tidak sengaja melihat sahabat bodohmu tengah bercumbu dengan seorang wanita. Hey, apakah si bodoh itu sudah menyukai wanita?"
Aku tertawa kencang mendengar hinaan yang tercetus dari bibir legitnya. Aku menghapus air mataku yang tiba-tiba keluar karena terlalu bernafsu untuk tertawa.
"Mungkin tujuh hari? Tanwira melakukan hubungan gelap dengan salah satu dayang utama kerajaan. Aku rasa mereka berdua telah jatuh cinta. Kenapa? Kau masih mengira aku berselingkuh dengan Tanwira?"
Samahita merengut sebal setelah mendengar gurauanku. Aku mengecup lembut bibirnya. Entah mengapa perasaanku sangat tidak tenang.