Tahun ini aku absen dari kegiatan-kegiatan itu. Biasanya aku dan beberapa teman mendirikan panggung musik untuk menghibur para wisudawan dan keluarganya. Tahun ini aku memberikan adik-adik tingkatku kesempatan untuk tampil dan melatih mental mereka.
"O ya, aku akan menemui Cinta di standnya," ujarku dalam hati. Aku segera bergegas ke arah halaman mesjid.
"Assalamualaikum," sapaku pada Ani  seorang mahasiswi di sana. Dia menjawab salamku lebih panjang.
"Cinta ada, Ni?" tanyaku sambil mengedarkan pandanganku ke seluruh penjuru stand.
"Cinta baru saja pamit pulang, " jelas Ani sambil memandangku .
"Pulang? Kan acara belum selesai ?" tanyaku heran.
"Entahlah, tadi dia pamit pulang. Katanya akan mengurus  resepsi pernikahan," ujar Ani menjelaskan.
"Resepsi pernikahan siapa, Ni?" aku kembali bertanya. Ani hanya menggelengkan kepalanya.
Hatiku serasa ditusuk duri. Sakit diulu hatiku mendengar penjelasan Ani.
"Apakah Cinta sudah menikah tanpa memberitahu aku?Apakah ini jawaban dari perubahan sikap Cinta kepadaku? Apakah laki-laki yang dilihat Yudha saat di pasar adalah suami Cinta? Mungkin saja karena Cinta berani bergandeng tangan dengan pria itu.
 Selama ini Cinta selalu menjaga sikapnya. Dia tidak mau bersalaman dengan laki-lski yang bukan muhrimnya. Dia juga selalu menjaga pandangan kepada orang lain. Kalau pun aku sering ngobrol dengannya, itu pun tidak berdekatan. Cinta memang wanita idaman setiap laki-laki. Wanita yang selalu menjaga kehormatannya.