Mohon tunggu...
Nina Sulistiati
Nina Sulistiati Mohon Tunggu... Guru - Senang menulis, pembelajar, senang berbagi ilmu

Pengajar di SMP N 2 Cibadak Kabupaten Sukabumi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cinta dan Kasih

7 Desember 2020   14:51 Diperbarui: 7 Desember 2020   14:54 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Suara burung membangunkan tidurku yang sangat nyenyak. Kulihat jarum jam dinding di kamarku menunjukkan angka 9. Aku kembali menarik selimut dan berniat untuk memejamkan mataku lagi.

Hari ini kuliah libur. Aku ingin menikmati liburanku dengan tidur setelah seminggu berkutat dengan tugas-tugas sekolah on line. Sebenarnya aku sudah bangun sejak pukul 4.30 tadi. Setelah menjalankan shalat subuh dan mengaji, aku merebahkan tubuhku kembali sambil menyimak tayangan Islami di salah satu televisi swasta. Namun semakin lama mataku terpejam dan ingatanku hilang melayang...mungkin yang tersisa hanya suara dekurku saja  

"Yudha , bangun!" suara tinggi bunda membangunkanku. Wah, gawat, kalau sudah mengeluarlan  nada do tinggi seperti itu  menandakan kalau bunda marah. Aku bergegas membukakan pintu kamar.

"Anak muda kok bangun siang," ujar bunda mulai berceramah," Tidak baik susah rejeki. Harusnya kamu bangun pagi, olah raga biar sehat."

Aku hanya tersenyum mendengar ucapan bunda. Aku tidak mau membantah bunda takut kena kualat. Aku hanya berdiri di depan bunda sambil menahan kantuk.

"Kamu antar bunda ke pasar, ya. Bi Ina sedang tidak enak badan," ajak bunda kepadaku. Aku menganggukan kepalaku.

"Ya, sudah kamu mandi dulu . Bunda tunggu di bawah ya," perintah bunda Lagi-lagi aku hanya menganggukkan kepala.

Wah, gagal sudah rencanaku untuk tidur panjang hari ini. Aku harus mengikuti keinginan bunda. Kalau aku menolak, takut melukai hati bunda. Pantang buatku menyakiti hati wanita yang sudah melahirkan dan membesarkanku hingga aku menjadi pemuda ganteng seperti ini.
 
Ha..ha...ha... kata orang Sunda aku mah ambon sorangan alias  gede rasa.
 
Aku bergegas mandi dan berdandan rapi. Tak lupa kusemprotkan parfum for man kesukaanku agar menambah kepercayaan diriku semakin bertambah.

"Yudha, ayo sudah siang nih. Nanti bertambah panas cuacanya!" panggil bunda dari bawah.
Aku bergegas turun sambil mengambil kunci mobil dari laci bupet.

"Anak bunda kok semakin ganteng saja," puji bunda sambil mencolek pipiku. Wah...kalau sudah memuji begitu pasti ada tugas lain yang akan ditambahkan padaku.

" Iyalah, kan bundanya juga cantik," ujarku balik memuji sambil memeluk bundanya erat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun