Sebelum acara dimulai, digelar pesta rakyat yaitu sejenis pasar malam yang dikenal dengan nama Yoiyama atau Yoiyoiyama yang sangat ramai dikunjungi.
Ada beragam atraksi dan pedagang kaki lima yang menjajakan ragam makanan khas Gion. Meskipun terlalu ramai, tetap saja terasa suasana malam yang sangat romantis.
Kental dengan latarbelakang pemandangan bangunan tua dengan ciri khasnya yaitu pintu – pintu koshido / menyerupai pagar. Menjadikan di dalamnya bagai berkunjung ka zaman dahulu.
Kami pun turut serta menikmati kemeriahan acara Festival Gion Matsuri. Aku (Ana), dan Mira sedang asyik ngobrol di salah satu kedai teh sambil menikmati suasana malam yang berkesan.
“An, tadi pagi kamu ada yang memberi salam. Itu lho …… anak bos besar, Andre, dia membawa novel terbaru buat kamu, tapi aku lupa bawa, masih tersimpan di tas, di rumah. Lusa aku bawakan ke sekolah. ”
Mendengar kabar yang dibawa oleh sahabatnya Mira, Ana terlihat cuek – cuek saja menanggapi dan melanjutkan membaca sebuah buku saku. Mira sedikit kaget melihat ekspresi yang diperlihatkan oleh Ana, apakah Ana sedang ada masalah atau sedang galau ? Tiba – tiba Ana mengeluarkan selembar kertas dari dalam saku bajunya.
Lalu meminta Mira untuk membaca di dalam hati, sederet puisi yang diyakini Ana adalah ditulis oleh Huda. Huda adalah sosok lelaki yang menjadi kakak kelas satu tingkat mereka di sekolah. Hingga saat ini sangat dikagumi oleh Ana karena pandai menulis novel dan mengarang puisi.
Ketika malam perlahan – lahan merangkak ditemani bintang
Mereka bersenandung ria dalam sunyi alam
Dan angin turut serta berbisik lirih tentang hati
Dalam damai dan sepi