“Tunggu sebentar Dita …….. ” Andre bangkit dari tempat duduk yang saling berhadapan menuju ke stand sajian penutup. Dia mengambil sebatang sweet chocolate yang biasa difungsikan oleh remaja di Jepang sebagai hadiah kejutan buat orang – orang yang disayangi seperti ketika ada perayaan ulang tahun, kelulusan ujian atau valentine. “Terimakasih Andre.” Bisik Dita ke telinganya yang membuat wajah Andre memerah karena senang.
Huda Dan Ana
Di dalam kelas. Ana yang duduk sebangku dengan Mira meminta Mira untuk membaca puisi kedua di dalam hati. Tetap saja Ana yakin ditulis oleh Huda. Huda hingga saat ini adalah sosok lelaki impian yang sangat dikagumi oleh Ana.
“Cinta sejati tak pernah diucapkan, hanya berupa keindahan itu sendiri, namun tetap membuat hati slalu ingin menyapa, ibarat sinar yang aku cari, dan akan tetap seperti ini selamanya …………….
Lalu memohon, ingatlah bahwa suatu hari nanti aku akan menghampirimu.”
Dengan penuh keyakinan. Ana berbisik kepada Mira bahwa ini adalah pesan selanjutnya dari Huda untuknya. Ana tidak lagi merasa bingung sekalipun sikap Huda tidak pernah berubah ke dia, tidak banyak bicara dan kalem.
Beberapa bulan kemudian. Ana dan Huda harus berpisah karena Huda lulus ujian tingkat akhir dan melanjutkan sekolah ke salah satu perguruan tinggi negeri yang ada di lain kota. Namun Ana merasakan hatinya lebih banyak bicara dan memberi petunjuk bahwa suatu saat nanti akan bertemu kembali dengan Huda.
Beberapa minggu berlalu. Ana serta teman – temannya seperti biasa melanjutkan sekolah di kelas 3. Masih belum ada setitik kabar tentang Huda di tempat tinggalnya yang baru.
Karena tak kuat menahan gejolak rasa dan perasaan rindu, Ana memutuskan memberanikan diri menemui Huda di rumahnya. Yang menyambut adalah papa dan mama Huda. Mengabarkan bahwa saat ini Huda sedang keluar kota untuk keperluan kampusnya. Meskipun terkesan Huda seperti menghindarinya (sekali lagi), Ana langsung menitip sepucuk surat kepada mereka bahwa ia ingin berjumpa dengan Huda.
Di hari selanjutnya, pada suatu sore yang cerah. Ayah dan ibu Ana berkata sambil mengguyoni dan dalam canda bahwa ada sosok lelaki yang ingin menjadi pacarnya. Tetapi Ana cuek saja dan tidak menanggapi gurauan mereka. Ibunya pun menyahut, “Namanya Huda, nak.” Mendengar kata sang ibu, Ana langsung menjadi ceria dan memastikan sekali lagi bahwa itu adalah Huda yang ia kagumi dan …………….. cintai !
Ujian Akhir Andre, Dita, Ana Dan Mira