"Bu, ada orang meninggal ya?" Tanya Ratu sambil menggerakkan pandangan matanya ke arah orang-orang yang sedang menggali kubur.
"Lubangnya besar amat." Timpal Langit. Aku memberi isyarat agar mereka tidak berisik.
Sampai di makam mama dan papa mertuaku, kami bersimpuh. Mendaraskan doa bersama. Memohonkan ampun dari yang Kuasa agar papa dan mama mertuaku dirahmati surga. Bunga perlahan kami taburkan secara bergantian. Pak Jalil membantu membersihkan rumput-rumput liar yang tumbuh disekitar makam.
"Yuk, kita pulang."Kataku sambil berdiri.
"Bu. Lihat ... bukankah itu Om Dani?" Tiba-tiba Ratu menunjuk kepada seseorang yang berdiri didekat para penggali kubur yang tadi kami lewati. Aku mengangguk mengiyakan.
"Om Dani." Si kecil yang sudah terbangun memanggil adik suamiku itu dengan lantang. Semua menoleh ke arahnya. Dani tampak terkejut dan segera menuju kepada kami.
"Eh, ... keponakan Om Dani yang cantik-cantik. Mau jalan-jalan ya.?"
"Minta ke Trans studio Dan." Kataku memberi penjelasan.
Dani memeluk mereka satu per satu. Hampir setahun kami tidak bertemu. Setelah menyalami Pak Jalil, Dani mengulurkan tangannya padaku.
"Bagaimana kabarmu, Le?"Tanyaku padanya.
"Baik Mbak. Mbak Wik bagaimana?" Tanyanya setelah mencium takjim telapak tanganku.