Mohon tunggu...
Handri Handri
Handri Handri Mohon Tunggu... -

selalu ada alasan utk ketawa... kalo mau jadi teman harus suka ketawa juga yach... :D

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Saat Nanti

9 Maret 2011   03:20 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:57 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rita bangkit dari tempat tidur. Malam ini begitu dingin. Diperiksanya kembali jendela

dan pintu. Semuanya telah terkunci. Kemudian ia mematikan lampu ruang tamu dan ruang tengah. Lalu ia kembali masuk ke kamar tidurnya dan kembali berbaring. Kedua matanya menatap lurus langit-langit kamar. Ia belum ingin tidur. Ia masih menanti suaminya pulang.

Akhirnya rasa penasaran melangkahkan kakinya ke ruang tengah. Diangkatnya gagang telepon dan kemudian menekan tombol-tombol angka. Setelah terhubung dengan studio, Rita mengucap salam dan menayakan suaminya kepada satpam jaga yang menjawab teleponnya itu.

"Wah, pak Damar tidak ada di sini, Bu," jawab satpam itu. "Di sini tidak ada siapa-siapa, Bu. Sudah pulang semua. Tadi sore memang pak Damar di sini, tapi cuma sebentar, Bu. Setelah itu pergi lagi."

Rita membisu mendengarnya.

"Memangnya ada apa, Bu?"

"Oh, nggak... nggak ada apa-apa, Pak. Terima kasih. Selamat malam," Rita segera mengakhiri percakapan.

Dengan jantung berdegup kencang, Rita kembali menekan tombol-tombol angka telepon. Kali ini menghubungi handphone suaminya. Sesaat kemudian terdengar sapaan dari orang yang sangat dikenalnya, "Ha-halo... Rita, ada apa, Ta?"

Sangat jelas kegugupan suamiya di telinga Rita. "Nggak ada apa-apa kok, Mas. Mas masih sibuk di studio?"

"Eh, iya... iramanya masih ada yang harus dipoles lagi. Mmm... nanti pulang kamu ingin aku belikan--."

"Nggak usah, Mas," potong Rita cepat. "Aku... aku hanya ingin Mas hati-hati pulang selarut ini."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun