Rita bangkit dari tempat tidur. Malam ini begitu dingin. Diperiksanya kembali jendela
dan pintu. Semuanya telah terkunci. Kemudian ia mematikan lampu ruang tamu dan ruang tengah. Lalu ia kembali masuk ke kamar tidurnya dan kembali berbaring. Kedua matanya menatap lurus langit-langit kamar. Ia belum ingin tidur. Ia masih menanti suaminya pulang.
Akhirnya rasa penasaran melangkahkan kakinya ke ruang tengah. Diangkatnya gagang telepon dan kemudian menekan tombol-tombol angka. Setelah terhubung dengan studio, Rita mengucap salam dan menayakan suaminya kepada satpam jaga yang menjawab teleponnya itu.
"Wah, pak Damar tidak ada di sini, Bu," jawab satpam itu. "Di sini tidak ada siapa-siapa, Bu. Sudah pulang semua. Tadi sore memang pak Damar di sini, tapi cuma sebentar, Bu. Setelah itu pergi lagi."
Rita membisu mendengarnya.
"Memangnya ada apa, Bu?"
"Oh, nggak... nggak ada apa-apa, Pak. Terima kasih. Selamat malam," Rita segera mengakhiri percakapan.
Dengan jantung berdegup kencang, Rita kembali menekan tombol-tombol angka telepon. Kali ini menghubungi handphone suaminya. Sesaat kemudian terdengar sapaan dari orang yang sangat dikenalnya, "Ha-halo... Rita, ada apa, Ta?"
Sangat jelas kegugupan suamiya di telinga Rita. "Nggak ada apa-apa kok, Mas. Mas masih sibuk di studio?"
"Eh, iya... iramanya masih ada yang harus dipoles lagi. Mmm... nanti pulang kamu ingin aku belikan--."
"Nggak usah, Mas," potong Rita cepat. "Aku... aku hanya ingin Mas hati-hati pulang selarut ini."