Mohon tunggu...
Nfitri Hermayati
Nfitri Hermayati Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya merupakan seorang tenaga pengajar mata pelajaran Sejarah di SMA Negeri 2 Subang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Peningkatan Minat Membaca Melalui Problem Based Learning

21 Januari 2023   14:02 Diperbarui: 21 Januari 2023   14:31 349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tulisan ini merupakan pengembangan dari penelitian yang dilakukan oleh seorang pengajar sejarah di SMA Negeri 2 Subang. Adapun penelitian yang dilakukan dilatarbelakangi hasil pengamatan peneliti di SMA Negeri 2 Subang, berdasarkan hasil pengamatan tersebut diperoleh hal-hal berikut : 

Pertama, siswa tidak memiliki keinginan untuk membaca sumber informasi maupun bahan bacaan, hal ini tergambarkan dari siswa yang tidak membawa buku paket saat pemebelajaran sejarah. 

Siswa tidak membaca terlebih dahulu materi yang akan diajarkan oleh guru pada pembelajaran hari ini, walaupun guru telah meminta siswa untuk melakukan membaca terlebih dahulu sebelum memulai pembelajaran. Selain itu siswa hanya membaca berdasarkan satu sumber saja, tidak adanya keinginan untuk mencari sumber belajar lain.

Kedua, siswa memiliki ketertarikan terhadap kegiatan membaca yang rendah. Ketertarikan tersebut kurang diperlihatkan oleh siswa saat pembelajaran sejarah berlangsung. 

Hal ini ditunjukan dengan tidak adanya perhatian oleh siswa dalam membaca dan aktifitas lain saat melakukan kegiatan membaca yang diperintahkan oleh guru. 

Adapun siswa yang melakukan kegiatan membaca siswa tersebut terlihat tidak fokus pada bahan bacaannya. Ketiga, kegiatan membaca yang dilakukan oleh siswa dikarenakan adanya perintah dari guru, sehingga kegitan membaca yang dilakukan menyenangkan menjadi membosankan karena rasa ketertarikan dan keinginannya yang tidak ada dalam diri siswa. 

Kempat, hanya sedikit siswa yang bila sudah memulai membeca akan menyelesaikan bacannya, sementara untuk mendapatkan suatu informasi yang utuh perserta didik harus membaca bahan bacaanya hingga selesai agar informasi yang didapatkannya tidak salah arti. Melihat begitu rendahnya minat membaca siswa maka peneliti tertarik untuk meneliti minat membaca mereka di seolah tersebut.

Minat membaca merupakan keinginan yang timbul dari diri siswa untuk meluangkan waktunya serta rasa senang saat melakukan kegiatan membaca. Minat membaca ini sangat berkorelasi dengan pembelajaran sejarah, dimana rendahnya minat membaca akan mempengaruhi pemahaman dan penegetahun yang dimiliki siswa. Minat baca dalam pembelajaran sejarah akan mempengaruhi hasil prestasi siswa dalam pembelajaran sejarah, membaca merupakan salah satu syarat mutlak dalam belajar sejarah.

Pertanyaannya kemudian, apa yang salah dalam dunia pendidikan di Indonesia sehingga tidak dapat meningkatkan minat baca peserta didik? Mungkin benar pendapat Amir (2009:3-6) yang mengatakan bahwa pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered) sudah dianggap tradisional dan perlu diubah. Pasalnya, pendekatan yang teacher centered, dimana proses belajar mengajar berpusat pada pendidik dengan penekanan pada peliputan dan penyebaran materi, sementara siswa kurang aktif, sudah tidak memadai untuk tuntutan era pengetahuan ini.

Belakangan ini, semakin banyak pengelola institusi yang menyadari perlunya pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa (learner centered). Pasalnya, para siswa membutuhkan pendekatan yang dapat memberikan bekal kompetensi, pengetahuan, dan serangkaian kecakapan yang mereka butuhkan seperti kecakapan berpikir, kecakapan interpersonal, serta kecakapan beradaptasi dengan baik.

Adapun gambaran dari perbedaan teacher centered dan learner centered, menurut Amir (2009: 3-6), adalah sebagai berikut.

Teacher Centered

Learner Centered

Berpusat pada pengajar.

Berpusat pada siswa.

Pengetahuandipindahkandari

pengajar ke siswa.

Siswa membangun pengetahuan.

Siswa menerima informasi secara

pasif.

Siswa terlibat secara aktif.

Belajar dan penilaian adalah hal yang terpisah.

-Belajar dan penilaian adalah hal sangat terkait.

-Budaya belajar adalah

kooperatif, kolaboratif, dan saling mendukung.

Penekanan pada pengetahuan di luar konteks aplikasinya.

Penekanan pada penguasaan dan penggunaan pengetahuan yang merefleksikan isi baru dan lama serta menyelesaikan masalah

konteks kehidupan nyata.

Pengajarperannyasebagai

pemberi informasi dan penilai.

Pengajar sebagai pendorong dan

pemberi fasilitas pembelajaran.

Fokus pada satu bidang disiplin.

-Pengajar dan siswa mengevaluasi pembelajaran bersama-sama.

-Pendekatanpadaintegrasi

antardisiplin.

 

Dari perbedaan di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa pendekatan yang berpusat pada pendidik itu memang punya banyak kelemahan, di antaranya kurangnya kecenderungan siswa untuk tetap belajar8. Meskipun kita tahu persis bahwa para pendidik dan siswa sangat familiar dengan paradigma tradisional di mana kita mengidentifikasi isi materi yang akan kita pelajari. Kita menggunakan isi materi itu dalam proses belajar, tugas bacaan, menghadirkan audiovisual atau kombinasinya. Sementara itu, pendekatan yang berpusat pada siswa, kelihatannya mampu menutupi kelemahan-kelemahan tadi. Salah satu metode yang banyak diadopsi untuk menunjang pendekatan pembelajaran learning centered dan yang memberdayakan pembelajaran adalah metode pembelajaran berbasis masalah atau problem based learning. 

Mengapa harus Problem Based Learning?

Pembelajaran berbasis masalah atau Problem Based Learning merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran .

Ibrahim dan Nur dalam Rusman (2013:241) mengemukakan bahwa pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi siswa dalam situasi yang berorientasi pada masalah dunia nyata, termasuk di dalamnya belajar bagaimana belajar. Sementara itu, Moffit dalam Rusman mengatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari materi pelajaran.

Amir (2009:12) mengatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah memiliki ciri- ciri sebagai berikut.

Pembelajaran dimulai dengan mendesain masalah.

Biasanya masalah memiliki konteks dengan dunia nyata.

Siswa secara berkelompok aktif merumuskan masalah dan mengidentifikasi kesenjangan pengetahuan mereka.

Siswa mempelajari dan mencari sendiri materi yang terkait dengan masalah, dan melaporkan solusi dari masalah.

Pendidik lebih banyak memfasilitasi.

Pendidik merancang sebuah masalah, memberikan indikasi-indikasi tentang sumber bacaan tambahan serta berbagai arahan dan saran yang diperlukan saat siswa menjalankan proses.

Pembelajaran sejarah di kelas sering dirasakan oleh siswa sebagai uraian fakta-fakta kering yang berupa urut-urutan tahun dan peristiwa saja. Pelajaran sejarah bahkan sering pula dirasakan oleh siswa sebagai pengulangan terhadap hal-hal yang sama (Widja, 1989) dalam Sanjaya (2021 :6). Sehingga Penyajian desain pembelajaran sejarah dengan pendekatan regresif sebagai solusi untuk mengkaji persoalan-persoalan yang bersifat kontekstual dan akan sangat relevan jika dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning/PBL). Adapun kelebihan dari model Problem Based Learning, menurut Shoimin (2017:130) diantaranya adalah:

Menantang kemampuan siswa

Memberikan kepuasan dalam menemukan pengetahuan baru

Meningkatkan motivasi dan aktivitas pembelajaran siswa

Membantu siswa mentransfer pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.

Mengembangkan kemampuan siswa berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan untuk menyesuaikan pengetahuan baru

Memberikan kesempatan siswa mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata,

Mengembangkan minat siswa secara terus menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.

Memudahkan siswa dalam menguasai konsep yang dipelajari guna memecahkan masalah di dunia nyata. 

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, model pembelajaran problem based learning dinilai cukup efektif dalam meningkatkan minat membaca peserta didik. Selain itu, model pembelajaran PBL juga cukup efektif dalam meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa, jika langkah-langkah pembelajarannya dilaksanakan dengan baik dan terencana.  Alasan yang paling utama dalam penggunaan model PBL  ini untuk meningkatkan minat dan kemampuan membaca peserta didik karena sejarah bukan sekedar mengkaji mengenai hapalan, urutan tahun atau tokoh saja melainkan sejarah juga menentut peserta didik untuk dapat mengembangkan berpikir kritis dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Untuk dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritisnya tersebut peserta didik dituntut untuk memiliki berbagai macam informasi, yang dimana informasi-informasi tersebut didapatkan dari berbagai sumber bacaan/literatur.

Bagaimana Langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah (PBL) dalam mata pelajaran Sejarah Indonesia?

Implementasi kegiatan literasi dalam model PBL dilakukan dengan :

 Orientasi Siswa pada masalah, 

Guru memberikan bahan ajar pada setiap kelompok belajar yang berisi artikel yang disertai gambar tentang kehidupan Bangsa Indonesia pada masa Demokrasi Terpimpin.

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan menyampaikan masalah yang akan dibahas kepada siswa

Mengorganisasikan kegiatan pembelajaran,

Guru membagi   masalah kepada setiap kelompok.

Kegiatan diskusi yang mendorong siswa untuk melakukan kajian literasi.

 

Membimbing penyelidikan individu dan kelompok, 

Guru membimbing siswa ketika siswa berdiskusi secara berkelompok dalam pemecahan masalah

Mengembangkan dan menyajikan hasil karya, menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Siswa mempresentasikan hasil diskusi (pemecahan masalah yang sudah didapatkan) melalui media presentasi.

Guru membantu siswa melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan dan proses-proses yang sudah dilewati.

 

Selain dengan menerapkan langkah-langkah pembelajaran diatas, model pembelajaran berbasis masalah (PBL) akan lebih efektif dalam meningkatkan minat dan kemampuan membaca peserta didik jika didukung pula oleh :

Sajian media pembelajaran/ sumber belajar yang menarik.

Sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan pembelajaran

Memberikan pujian yang wajar terhadap keberhasilan siswa.

Transparansi dalam melakukan penilaian.

Bagaimana hasil penerapan model Problem Based Learning (PBL) dalam mata pelajaran sejarah untuk meningkatkan kemampuan membaca peserta didik?

Dampak dari penerapan model Problem Based Learning (PBL) yang disertai penerapan metode diskusi kelompok, penugasan, tanya jawab dan dilengkapi oleh media pembelajaran audio visual pada peserta didik kelas XII SMA Negeri 2 Subang yaitu :

Peserta didik lebih antusias mengikuti proses pembelajaran di kelas. Dalam proses pembelajaran mereka jarang menggunakan media pembelajaran yang menerapkan teknologi. Hal tersebut, membuat mereka lebih bersemangat mengikuti proses pembelajaran. 

Dengan adanya media audio visual mereka lebih tertarik dari pada belajar tanpa menggunakan media apapun. Selain media audio visual saya juga mengunakan media presentasi dari canva yang membuat proses pembelajaran lebih menarik, pengisian LKPD juga dilakukan secara tertulis dan disajikan LKPD yang penuh warna dan gambar untuk menarik antusias peserta didik dalam mengisinya dan evaluasi pembelajaran menggunakan Quizziz sehingga pembelejaran lebih bervariasi di mata peserta didik.

Dengan rasa ketertarikan itulah membuat mereka bersemangat untuk menyelesaian masalah dalam bentuk LKPD yang dibagikan guru di kelas. Keaktifan mereka juga terlihat di kelas. Sehingga mereka dapat berkolaborasi dengan dengan baik sesama anggota kelompok. Metode diskusi dianggap berhasil membuat mereka lebih aktif di kelas. Selain metode diskusi, guru juga menggunakan metode tanya jawab. Dengan adanya metode ini keberanian mereka muncul untuk bertanya ketika mengalami kesulitan belajar peserta didik. Selama ini mereka hanya pasif dalam proses pembelajaran

Apakah hasilnya efektif?

Aksi yang telah dilakukan saya dianggap cukup efektif guna mencapai keberhasilan belajar peserta didik. Hal ini terlihat dari hasil belajar peserta didik. Setelah dilakukan koreksi dan penilaian peserta didik sudah mampu memahami materi yang telah diberikan guru.

Apa yang menjadi faktor keberhasilan atau ketidakberhasilan dari strategi yang dilakukan?

Faktor keberhasilan pembelajaran ini sangat ditentukan oleh kompetensi guru dalam mengelola pembelajaran. Terutama dalam hal pengelolaan media, model dan metode pembelajaran yang inovatif kemudian dikembangkan dalam perangkat pembelajaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun