Siswa secara berkelompok aktif merumuskan masalah dan mengidentifikasi kesenjangan pengetahuan mereka.
Siswa mempelajari dan mencari sendiri materi yang terkait dengan masalah, dan melaporkan solusi dari masalah.
Pendidik lebih banyak memfasilitasi.
Pendidik merancang sebuah masalah, memberikan indikasi-indikasi tentang sumber bacaan tambahan serta berbagai arahan dan saran yang diperlukan saat siswa menjalankan proses.
Pembelajaran sejarah di kelas sering dirasakan oleh siswa sebagai uraian fakta-fakta kering yang berupa urut-urutan tahun dan peristiwa saja. Pelajaran sejarah bahkan sering pula dirasakan oleh siswa sebagai pengulangan terhadap hal-hal yang sama (Widja, 1989) dalam Sanjaya (2021 :6). Sehingga Penyajian desain pembelajaran sejarah dengan pendekatan regresif sebagai solusi untuk mengkaji persoalan-persoalan yang bersifat kontekstual dan akan sangat relevan jika dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning/PBL). Adapun kelebihan dari model Problem Based Learning, menurut Shoimin (2017:130) diantaranya adalah:
Menantang kemampuan siswa
Memberikan kepuasan dalam menemukan pengetahuan baru
Meningkatkan motivasi dan aktivitas pembelajaran siswa
Membantu siswa mentransfer pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.
Mengembangkan kemampuan siswa berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan untuk menyesuaikan pengetahuan baru
Memberikan kesempatan siswa mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata,