Mohon tunggu...
Neno Anderias Salukh
Neno Anderias Salukh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Budaya | Pekerja Sosial | Pengawas Pemilu

Orang biasa yang menulis hal-hal biasa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Super Hero" Habibie yang Kita Kenal

11 September 2019   23:37 Diperbarui: 27 September 2019   06:39 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dilansir dari historia.id, ada empat kasus korupsi terbesar di zaman itu, Pertamina, Bulog, Telkom, Jajaran Pers dan Grafika.

Selain itu, dilansir dari CNN Indonesia, kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pemerintah menguntungkan kroni, entah anak, keluarga, atau kelompok kecil dari kroni yang dimiliki Presiden. Contohnya pembuatan Badan Penyangga dan Pemasaran Cengkeh (BPPC), organisasi yang dibentuk untuk mengelola monopoli sapta niaga cengkeh di Indonesia saat itu diuntungkan kepada Tommy Soeharto, anak kandung Soeharto dan proyek-proyek lainnya.

__________________________

"Angin Segar" bernama Habibie

Perjuangan para aktivis 98 untuk mengakhiri kejayaan Orde Baru layak untuk mereka disebut sebagai juruselamat Indonesia bukan Habibie. Akan tetapi, sebetulnya keberadaan Habibie sebagai wakil presiden pada saat itu adalah keberuntungan bagi bangsa Indonesia.

Habibie pro reformasi. Hal ini diketahui oleh beberapa kalangan yang masih pro orde baru sehingga pengangkatan Habibie sebagai presiden menggantikan Soeharto menuai pro-kontra.

Namun, posisi Habibie berdiri teguh pada konstitusi yang mengatur tentang wakil presiden siap menggantikan presiden yang mangkat dan sebagainya.

Menjadi orang nomor satu Indonesia yang memiliki hak mutlak disegala bentuk keputusan, Habibie memanfaatkan semuanya dengan baik.

Berikut keputusan-keputusan atau kebijakan politik Habibie yang sangat berpengaruh terhadap transisi masa orde baru dan reformasi:

Pertama, Perbaikan krisis ekonomi.

Meski di akhir masa pemerintahannya, nilai tukar rupiah meroket naik pada level Rp 6500 per dolar AS, Habibie berhasil berhasil memotong nilai tukar rupiah terhadap dollar yang masih berkisar antara Rp 10.000 -- Rp 15.000 di awal pemerintahannya sebagai langkah yang mampu menetralisir kembali kestabilan ekonomi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun