"Aku balik ke kontrak dulu ...."
"Kenapa?" sahut Susan.
"Kartu namaku ketinggalan!" teriakku berlari kecil.
Sebenarnya baru masuk pintu gerbang saja aku merasakan aura yang sangat panas, tapi aku tidak bisa berkata apa pun. Karena dua sahabatku begitu menyukai tempat ini.
Kulihat pintu tempatku terbuka, aku tak melihat Ahmad. Aku pun menaiki tangga dan memanggil namanya, terkejut bukan main. Aku melihat kepala anak muda itu terikat dengan membawa kartu namaku di tangan, tubuhku gemetar. Aku mencari ponsel, dengan gugup menekan tombol untuk menelepon Aisyah.
"Sya--h ... Syah ...."
"Halo, Nis. Nisa, ada apa Nis ...."
"Cepat kembali, cepat pulang ...."
"Iya ada apa?"
"Cepat pulang!" bentakku terduduk lemas menatap wajah pucat Ahmad.
Aku menangis sejadi-jadinya, sebab diriku merasa sangat bersalah dan sebenarnya aku merasakan apa yang akan terjadi. Tapi kebodohanku adalah tak menghentikannya, Aisyah dan Susan pun datang mereka langsung merengkuh Ahmad yang terbujur kaku.