"Ibu nanti ke rumah ya, tapi nggak usah masuk. Tunggu di luar aja ya. Kita harus berjarak," kata saya ketika berpapasan dengannya. Tak begitu jauh dari klinik dr Salma, sepulangnya saya belanja.
Tak lama ia pun ke rumah, berdiri tak jauh dari pos satpam. Saya pun memberikan sembako berisikan beras sekantong, minyak goreng 1 liter, 15 bungkus mie intans. Lalu saya tambahi sedikit uang buat beli sayuran dan lauk pauk.
Oh iya, sembako ini bukan saya dapat beli, tapi dapat dari relasi 'Sahabat Kartini' yang membagikan paket sembako untuk driver ojol, tuna wisma, dan siapa saja yang terdampak Covid-19. Â
Nah, saya termasuk yang kebagian, lalu saya berikan buat ibu Imelda karena saya merasa dia pihak yang lebih membutuhkan.
Semoga saja dapat meringankan beban ekonominya. Karena menurut penuturannya praktis hanya ia seorang yang 'bekerja', sementara suami hanya mengandalkan panggilan orang yang ingin menservis peralatan elektroniknya.
"Ya kalo orderan, ya dipanggil, kalo nggak ada ya di rumah aja bund," katanya. Setelah ngobrol-ngobrol sebentar ia pun pamit dengan senyum kebahagiaan.
***
15 Mei 2020
Lima belas menit menjelang maghrib, suami keluar rumah. Katanya mau beli kebab dan es dawet buat anak-anak berbuka puasa. Sebenarnya saya sih sudah menyajikan basreng alias bakso goreng bikin sendiri, cireng alias aci digoreng, roti panggang, dan jagung rebus.
Hingga adzan maghrib usai, suami belum juga balik. Lama juga. Jadilah anak-anak nyemil basreng dan cireng. Basreng buatan saya dan roti panggang habis tak bersisa. Sementara cireng yang saya beli di abang sayur tadi pagi, yang saya goreng menjelang maghrib tersisa 3.
Tak lama suami pun datang dengan menenteng kantong plastik kecil berisi 1 kebab dan 1 es dawet.