"Oke, bagus kalau begitu, kita akan hadapi mereka di sana. Saya justru sudah sangat tidak sabar menunggu momen tersebut."
Aku melihat wajah Rahmat yang agak merengut, tidak senang karena aku belum juga menjelaskan maksudku. Aku masa bodoh, bahkan ada perasaan senang melihat situasi begini. Aku memang tidak pernah respek pada Rahmat, dia seorang lawyer yang kurang kreatif hanya terpaku secara teori dan peraturan hukum, tidak pernah mempunyai pemikiran yang lebih terbuka apalagi mencoba berpikir dari sudut komersial.
"Coba kamu jelaskan maksudmu itu Ran, langsung saja, tidak usah bertele-tele seperti ini." Nada suara Rahmat mulai meninggi, tidak sabar dia.
Aku sangat menikmati situasi demikian, sebenarnya bukan baru sekali aku mengerjai Rahmat. Dulu aku memang tidak berani bersikap seperti sekarang, aku selalu memberikan ideku kepada Rahmat sebelum memberitahukan kepada yang lain ternyata dia mengakui semua ide tersebut sebagai idenya yang membuat dia disanjung-sanjung oleh klien dan seisi kantor kami.Â
Jangankan sepatah kata ucapan terima kasih kepadaku, dia bahkan berani mencemoohkanku di depan orang banyak sebagai orang yang tidak kreatif. Cukup sudah bagiku, tidak ada lagi ide-ide kreatif gila dariku, kalau dia mengharapkan sanjungan, dia harus memeras otaknya sendiri.Â
Aku bahkan merasa dia setengah memaksaku untuk membantu dia dalam menangani pekerjaannya. Tapi...kali ini aku sudah belajar banyak dari kejadian lalu, tidak ada lagi Associate bodoh seperti dulu.
Setelah puas melihat rasa penasaran di wajah Rahmat, akhirnya aku menguraikan rencanaku kepadanya dan klien. Penuh harap klienku menerima ideku secara bulat, termasuk juga Rahmat walaupun kelihatan tidak rela tetapi dia tahu ideku sangat masuk akal.
"Jadi hari Jum'at nanti pak Randy... dan pak Rahmat juga tentunya, akan hadir kan mendampingi kami? Terus terang pak, kalau kami rasanya tidak sanggup menjalankan rencana tersebut, melihat wajah orang-orang Jepang yang tidak sabar itu saja sudah membuat kami keringat dingin." Soetarjo, Kepala Divisi Pengelolaan Kredit berkata.
"Tentu pak, saya dan Randy akan mendampingi bapak-bapak. Jangan khawatir, saya akan pastikan dia akan hadir." Ujar Rahmat seraya menunjukku, mulai pandai dia memainkan kartunya untuk tidak kehilangan muka di hadapan klien.
Kamis pagi, seperti biasa aku sampai kantor pukul 8.30 dan menghabiskan waktu sejenak di pantry untuk berbagi cerita dengan teman-teman. Pagi itu sudah ada Ismed, Michael, Ahmad dan Sulistyo. Semua sedang ramai membahas pertandingan bola tadi malam, Real Madrid melawan Barcelona, wah seru.Â
Aku ikut mendengarkan dengan penuh perhatian sayang semalam aku tidak menonton. Biasanya aku rajin menyalakan alarm jam supaya bisa terbangun, tapi tadi malam aku kebablasan tidur sampai subuh. Lumayan juga menyimak obrolan mereka aku serasa turut menyaksikan serunya pertandingan itu.